News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lebaran 2022

Stok Mencapai 36 Ribu Ton, Daging Kerbau Bisa Jadi Pilihan Hadapi Lebaran

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melimpahnya pasokan daging kerbau di lapangan dinilai bisa menjadi pilihan masyarakat pada saat ini, seiring tingginya harga daging sapi menjelang Lebaran 2022

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyebut, sepanjang tahun ini Perum Bulog mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengimpor daging kerbau beku sebanyak 100 ribu ton.

Baca juga: Kemenperin Siapkan ID Food dan Bulog Ambil Alih Penyaluran Minyak Goreng Curah Bersubsidi

Dilihat dari data yang ada, kata Khudori, kebutuhan daging bulanan rata-rata 8 ribu sampai 10 ribu ton, dan stok milik Bulog sebanyak 36 ribu ton.

"Artinya, stok daging kerbau masih cukup, bahkan tidak hanya untuk lebaran saja, tetapi cukup memenuhi kebutuhan daging hingga Mei dan Juni nanti," kata Khudori, Rabu (27/4/2022).

Ketersediaan stok yang mencukupi, kata Khudori, masyarakat bisa memilih daging kerbau dalam merayakan hari Idul Fitri, apalagi harganya jauh lebih murah di posisi Rp 80 ribu.

Baca juga: Bulog Percepat Impor Daging Kerbau untuk Stabilkan Harga Jelang Lebaran

"Jadi, masih ada pilihan daging kerbau, sebagai alternatif. Pasti, tetap ada konsumennya, ada peminatnya, meskipun tidak sebesar (konsumen) daging sapi," katanya.

Adapun faktor mahalnya harga daging sapi jelang Lebaran, Khudori menyebut disebabkan beberapa faktor mulai dari pasokan dalam negeri yang tidak mencukupi dan mahalnya harga daging dari negara-negara eksportir.

"Jadi, saya tidak kaget, kalau sekarang harga daging sapi tinggi. Saat berdiskusi dengan para asosiasi daging, sangat mungkin, mendekati lebaran nanti harga daging sapi segar melonjak hingga Rp 180 ribu per kg," ujarnya.

Ia berharap pasokan daging bisa dipenuhi dari sapi lokal, apalagi terlihat banyak masyarakat memelihara 3 ekor sampai 4 ekor sapi meski bukan sebagai pekerjaan utama.

Sayangnya, mereka memperlakukan sapi sebagai harta benda yang likuid. Sehingga, kalau tidak ada keperluan penting dan mendesak, belum tentu mereka mau menjual sapi mesin jelang lebaran harganya naik.

"Sebenarnya, sapi yang siap potong itu jumlahnya banyak, tapi tidak marketable. Tidak setiap saat bisa masuk ke pasar. Itu saya kira, yang juga membuat stok terbatas dan membuat harganya jadi tinggi," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan mobilisasi sapi dari sentra-sentra yang ada di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Khususnya, untuk memenuhi kebutuhan daging di Jabodetabek dan Bandung Raya, yang kebutuhan konsumsinya tinggi.

"Tapi, dari mobilisasi itu, kita lihat kan hasilnya juga tidak banyak. Jadi, klop semuanya, pasokan dalam negeri tidak bisa menutup kebutuhan, lalu harga daging impor tinggi, Sekarang, ikut tinggi harganya," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini