Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Gejolak ekonomi di pasar global terus berlanjut sebagai imbas panasnya konflik Rusia dan Ukriana. Harga konsumen atau consumer price index (CPI) di Korea Selatan kini melonjak 7 persen, hanya dalam kurun waktu satu bulan.
Mencatat data yang dirilis kantor statistik Korea Selatan pada Selasa (3/5/2022), harga konsumen negeri gingseng ini terpantau melonjak 4,8 persen dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,1 persen.
Kenaikan ini bahkan tercatat sebagai yang tertinggi selama 13 tahun terakhir.
Lonjakan CPI yang sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan pada biaya energi dan pangan, makin memperburuk inflasi di Korea Selatan.
Imbal hasil obligasi treasury 10-tahun di Korea naik sebanyak 5,4 basis poin menjadi 3,426 persen, karena data inflasi memperkuat kasus pengetatan kebijakan lanjutan, dilansir dari Reuters.
Baca juga: Korea Selatan akan Cabut Aturan Wajib Masker Mulai Minggu Depan
"Kami tidak mengubah pandangan kami untuk saat ini karena data menunjukkan inflasi dipimpin oleh faktor pasokan," kata Ahn Jae-kyun, analis pendapatan tetap di Shinhan Financial Investment.
Pergerakan laju inflasi yang makin cepat, membuat Bank sentral Korea (BOK) khawatir jika negaranya akan terperosok dalam jurang resesi.
Baca juga: Ekonomi Korea Selatan hanya Tumbuh 0,7 Persen, Dipicu Lockdown China
Bahkan berbagai upaya telah dilakukan BOK demi menekan pergerakan laju inflasi negaranya, mulai dari menaikan suku bunga dasar sebanyak empat kali hingga capai 25 basis poin, semenjak adanya pengetatan ekonomi gobal pada Agustus tahun lalu.
Namun sayangnya cara tersebut masih belum mampu menekan pergerakan inflasi.
Hal inilah yang kemudian membuat Rhee Chang ketua BOK berencana mengambil langkah lanjutan pada pertemuan rapat terbuka di 26 Mei mendatang, sambil menunggu keputusan kenaikan suku bunga pada The Fed di pekan ini.