Sehingga amunisi untuk menahan pelemahan harga saham GOTO mulai berkurang.
“Bobot terbesar indeks saat ini, GOTO akan mengalami koreksi karena greenshoe-nya tinggal tersisa sedikit, atau habis, sehingga mungkin ada aksi profit taking pada saham GOTO,” kata Hans.
Penurunan harga saham GOTO juga dinilai membebani pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sebagai informasi, dalam aturan yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia, skema Greenshoe membolehkan emiten melakukan intervensi atau stabilisasi harga.
“Dalam greenshoe kan ada mekanisme untuk buyback saham kalau harga sahamnya turun di bawah harga IPO.
Jadi beberapa hari terakhir itu, sahamnya bisa tertahan (penurunan harga) dan tidak turun banyak, dan ini bisa habis kalau GOTO buyback terus,” kata Hans.
Sebagai informasi, penggunaan greenshoe option memiliki batas maksimal 15 persen dari saham IPO dengan jangka waktu pelaksanaan maksimal 30 hari.
Bila Greenshoe ini dieksekusi, maka total saham GOTO yang beredar di publik adalah sebesar 59.82,5 miliar saham.
Apakah akan Seperti Bukalapak?
Sejak berencana IPO, GOTO tidak lepas dari bayang–bayang kompetitornya, Bukalapak (BUKA). Selain sama–sama membukukan kerugian saat IPO, harga saham BUKA setelah beberapa hari IPO (2021) juga kandas, dari awalnya di level Rp 850 per saham, kini harga saham BUKA Rp 346 per saham atau turun lebih dari 50 persen.
Lantas apakah mungkin saham GOTO bisa bernasib seperti BUKA?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengungkapkan, terlalu dini untuk mengambil kesimpulan seperti itu. Hal itu mengingat saham GOTO masih baru tercatat di BEI, bahkan perdagangnya belum genap sepekan.
Namun demikian, Nafan melihat dari sisi teknikal pergerakan harga saham GOTO diiringi dengan volume perdagangan yang cukup baik. Penurunan volume hanya terjadi sehari setelah listing GOTO, yakni pada 12 April 2022, hal itu menunjukkan aksi jual yang tinggi.
Nafan mengatakan pada penutupan perdagangn Kamis, volume perdagangan GOTO berada pada kisaran 3,68 miliar saham, dan ditutup menguat 0,53 persen dibanding Rabu yang volumenya 3,26 miliar saham.
“Jadi memang volumenya tetap di kisaran 3 miliar saham ya. Di sisi lain, penguatan GOTO ini memang tidak terlalu signifikan, dan sehari setelah IPO penurunan candle-nya menunjukkan ada tekanan jual yang terlihat. Namun pada Rabu dan Kamis agak terapresiasi, tapi masih belum mencapai level titik tengahnya,” jelas Nafan kepada Kompas.com, Jumat (15/4/2022).
Nafan menjelaskan, jika diukur secara teknikal, titik tengahnya berada pada kisaran Rp 400 per saham, dan jika menyentuh level tersebut maka yang terjadi adalah GOTO mengalami bullish consolidation. Namun pada penutupannya, GOTO belum menyentuh level tersebut, sehingga masih dalam tren bearish consolidation.
“Bearish consolidation saat ini, artinya penguatan GOTO masih perlu sentimen, sebab euphoria-nya sudah selesai saat IPO. Jadi (untuk naik lagi) GOTO butuh sentimen positif, dan yang kemungkinan besar yang paling diharapkan investor adalah aksi korporasi emiten. Apakah itu nanti dari Right Isuue, ataupun dividen,” jelas Nafan.
Nafan menilai meskipun sentimen positif dividen harus menunggu perusahaan mendapat profit, namun aksi korporasi seperti right issue juga efektif untuk meningkatkan sentimen positif. Misalkan right issue untuk memperkuat basis SDM GOTO, menjalankan strategi bisnis, atau untuk mempertahankan status decacorn.
“Dari penggunaan transaksi digital memang Indonesia masuk yang terbesar di ASEAN, dan pada tahun 2025 pemerintah memproyeksikan transaksi digital mencapai 124 miliar dollar AS. Jadi sebenarnya, potensi Gross Merchandise Value (GMV) atau Gross Transaction Value (GTV) ini kedepannya masih bisa dioptimalisasikan. Tinggal bagaimana emiten tersebut bisa mencapai profitable, walaupun ini memerlukan proses panjang,” jelas dia.
Di sisi lain, Nafan melihat posisi harga saham GOTO belum mengalami break down dari level support Rp 360 per saham. Jika harga saham GOTO menyentuh level tersebut, ada dua level supprot penting sebagai penentu yakni 340 dan 330.
“Dari analisa saya pribadi, jika GOTO menyentuh level 340 dan 330, saya pikir harga saham tersebut bisa saja terjadi pull back. Paling bisa kembali lagi di level 360. Jadi di analisa teknikal ini juga mesti di-review tiap hari, bagaimana pola candle yang terbentuk. Dalam dua hari memang terbentuk pola candle biru, tapi tipis dan di bawah standar deviasi sehingga GOTO masih bearish consolidation,” jelasnya.