Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) dan PT Bukalapak Tbk (BUKA) kompak mengalami penurunan dalam beberapa hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) William Wibowo mengatakan, pergerakan kedua saham perusahaan teknologi tersebut saat ini memang dalam fase penurunan atau downtrend.
"Ini disebabkan karena secara fundamental GOTO masih membukukan rugi bersih yang menyebabkan kekhawatiran investor untuk berinvestasi di GOTO," kata William saat dihubungi, Jumat (13/5/2022).
Baca juga: IHSG Anjlok Usai Libur Lebaran, Saham-saham Bank Besar Juga Ambrol
Sedangkan pelemahan saham BUKA, kata William, karena adanya tekanan jual yang begitu besar di pasar meski kinerja keuangan pada kuartal I 2022 sudah membukukan pendapatan yang positif
"Mengingat tekanan jual yang besar di market, serta kekhawatiran BUKA akan bernasib sama seperti GOTO, maka menyebabkan harga sulit untuk kembali rebound (naik)," tuturnya.
Selain itu, sentimen negatif terhadap kedua emiten tersebut juga datang dari eksternal yaitu kenaikan tingkat suku bunga The Fed beberapa waktu lalu.
"Ini membawa saham-saham teknologi di Amerika berguguran, sehingga memberikan dampak negatif bagi psikologis investor di Indonesia di saham teknologi," ucap William.
William tidak dapat menebak secara pasti, kapan kedua saham tersebut akan menghijau kembali.
"Cukup sulit untuk memperkirakan kapan downtrend ini akan berakhir. Diperlukan sentimen positif yang cukup signifikan untuk mendorong penguatan harga GOTO dan BUKA," tuturnya.
Diketahui, saham GOTO telah melemah sebelum perdagangan Bursa Efek Indonesia ditutup untuk libur Lebaran 2022.
Pada hari ini, saham GOTO ditutup anjlok 6,73 persen atau 14 poin ke level Rp 194 per saham. Angka ini, merupakan batas terendah dalam sehari atau Auto Reject Bawah (ARB).
Sedangkan saham BUKA ditutup merosot 6,21 persen atau 18 poin ke level Rp 272 per saham.
Baca juga: Saham Bank Besar Bertumbangan, Analis: Akan Segera Pulih
Menjauh dari Harga IPO
Pergerakan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus mengalami tekanan selama empat hari perdagangan pekan ini di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada awal perdagangan awal pekan, Senin (28/4/2022), saham GOTO ditutup merosot 3,53 persen atau 18 poin ke level Rp 328 per saham.
Kemudian pada Selasa (26/4/2022), kembali ditutup di zona merah ke posisi Rp 310 atau anjlok 5,49 persen dari perdagangan hari sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (27/4/2022), saham GOTO terjun 6,45 persen atau 20 poin ke posisi Rp 290 per saham.
Pada hari ini, Kamis (28/4/2022), saham GOTO masih mengalami tekanan.
Mengutip data RTI, saham GOTO melemah 6,12 persen atau 18 poin ke level Rp 272 per saham.
Sepanjang perdagangan, saham GOTO bergerak pada rentang Rp 270 hinggw Rp 290 per saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp 622,05 miliar.
Melihat kondisi tesebut, saham GOTO dalam empat hari perdagangan telah kehilangan 68 poin, di mana harga perdana saham yang ditawarkan saat itu Rp 338 per saham.
Baca juga: IHSG Senin Anjlok, Berikut Rekomendasi Saham di Hari Ini
Harganya Jadi Rp 270 Per Lembar
Nasib saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kini hampir sama dengan PT Bukalapak Tbk (BUKA).
Harga saham GOTO pada sesi I sempat jatuh hingga 7 persen.
Lebih tepatnya turun 6,9 persen atau 20 poin di level Rp 270 per saham.
Penurunan saham GOTO yang cukup dalam sudah terjadi sejak awal pekan ini.
Diawali dari penurunan 3,5 persen di hari Senin, lalu 5,4 persen, dan 6,4 persen pada penutupan perdagangan Rabu.
Listing di BEI pada 11 April lalu, saham GOTO dilepas seharga Rp 338 per saham sebanyak 40,6 miliar lembar saham.
Dari Initial Public Offering (IPO) tersebut, GOTO mengantongi dana segar sebesar Rp 13,7 triliun.
Sejak melantai di BEI hingga kini, harga saham GOTO telah turun lebih dari 20 persen.
Meskipun harga saham GOTO terus turun, namun GOTO memiliki mitigasi Greenshoe, untuk menahan pelemahan lebih dalam.
Baca juga: Bagaimana Cara Membeli Saham IPO Secara Online? Berikut Langkahnya!
Hanya saja, mitigasi tersebut tentunya memiliki batasan, sehingga jika skema Greenshoe terus digunakan, maka ada saatnya Greenshoe tersebut habis, dan pergerakan saham sepenuhnya berdasarkan mekanisme pasar.
Greenshoe tak menjamin jika saham GOTO terkoreksi dalam Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, penurunan harga saham GOTO diakibatkan oleh aksi jual investor yang cukup tinggi.
Di sisi lain, Greenshoe tidak menjamin sepenuhnya harga saham GOTO tidak terkoreksi dalam.
“Memang kalau kita perhatikan, semua kputusan ada di kita (investor), dalam arti berkaca dengan saham Bukalapak (BUKA). GOTO beberapa hari ini mengalami tekanan jual yang besar. Kalau kita lihat, kemarin saham GOTO sudah menyentuh di bawah harga IPO, lalu seberapa kuat Greenshoe option menjadi penopang saham GOTO?” ujar Maximilianus kepada Kompas.com, Rabu (27/4/2022).
Saham teknologi rugi, investor trauma Maximilianus juga menilai, saat ini banyak investor yang juga bercermin pada kinerja saham BUKA, mengingat ada kemiripan antara BUKA dan GOTO.
Keduanya sama – sama perusahaan startup besar, dengan posisi keuangan yang masih merugi.
“Sayangnya, ruginya saham teknologi menyebabkan investor secara psikologis mengalami trauma.
Kenapa? karena yang lalu, BUKA naik dua hari berturut–turut, lalu langsung ARB (Auto Reject Bawah) berhari–hari.
GOTO memang sempat mengalami kenaikan, tapi ketika GOTO sudah mulai turun, banyak pelaku pasar dan investor yang memilih untuk menjual,” jelas dia.
Baca juga: Mengetahui Lebih Dalam Kelebihan dan Kekurangan Menanam Saham IPO
Amunisi GOTO tahan pelemahan harga sama kian menipis? Sebelumnya, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan penurunan harga saham GOTO dinilai akibat porsi greenshoe yang digunakan sudah mulai menipis atau bahkan
Sehingga amunisi untuk menahan pelemahan harga saham GOTO mulai berkurang.
“Bobot terbesar indeks saat ini, GOTO akan mengalami koreksi karena greenshoe-nya tinggal tersisa sedikit, atau habis, sehingga mungkin ada aksi profit taking pada saham GOTO,” kata Hans.
Penurunan harga saham GOTO juga dinilai membebani pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sebagai informasi, dalam aturan yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia, skema Greenshoe membolehkan emiten melakukan intervensi atau stabilisasi harga.
“Dalam greenshoe kan ada mekanisme untuk buyback saham kalau harga sahamnya turun di bawah harga IPO.
Jadi beberapa hari terakhir itu, sahamnya bisa tertahan (penurunan harga) dan tidak turun banyak, dan ini bisa habis kalau GOTO buyback terus,” kata Hans.
Sebagai informasi, penggunaan greenshoe option memiliki batas maksimal 15 persen dari saham IPO dengan jangka waktu pelaksanaan maksimal 30 hari.
Bila Greenshoe ini dieksekusi, maka total saham GOTO yang beredar di publik adalah sebesar 59.82,5 miliar saham.
Apakah akan Seperti Bukalapak?
Sejak berencana IPO, GOTO tidak lepas dari bayang–bayang kompetitornya, Bukalapak (BUKA). Selain sama–sama membukukan kerugian saat IPO, harga saham BUKA setelah beberapa hari IPO (2021) juga kandas, dari awalnya di level Rp 850 per saham, kini harga saham BUKA Rp 346 per saham atau turun lebih dari 50 persen.
Lantas apakah mungkin saham GOTO bisa bernasib seperti BUKA?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengungkapkan, terlalu dini untuk mengambil kesimpulan seperti itu. Hal itu mengingat saham GOTO masih baru tercatat di BEI, bahkan perdagangnya belum genap sepekan.
Namun demikian, Nafan melihat dari sisi teknikal pergerakan harga saham GOTO diiringi dengan volume perdagangan yang cukup baik. Penurunan volume hanya terjadi sehari setelah listing GOTO, yakni pada 12 April 2022, hal itu menunjukkan aksi jual yang tinggi.
Nafan mengatakan pada penutupan perdagangn Kamis, volume perdagangan GOTO berada pada kisaran 3,68 miliar saham, dan ditutup menguat 0,53 persen dibanding Rabu yang volumenya 3,26 miliar saham.
“Jadi memang volumenya tetap di kisaran 3 miliar saham ya. Di sisi lain, penguatan GOTO ini memang tidak terlalu signifikan, dan sehari setelah IPO penurunan candle-nya menunjukkan ada tekanan jual yang terlihat. Namun pada Rabu dan Kamis agak terapresiasi, tapi masih belum mencapai level titik tengahnya,” jelas Nafan kepada Kompas.com, Jumat (15/4/2022).
Nafan menjelaskan, jika diukur secara teknikal, titik tengahnya berada pada kisaran Rp 400 per saham, dan jika menyentuh level tersebut maka yang terjadi adalah GOTO mengalami bullish consolidation. Namun pada penutupannya, GOTO belum menyentuh level tersebut, sehingga masih dalam tren bearish consolidation.
“Bearish consolidation saat ini, artinya penguatan GOTO masih perlu sentimen, sebab euphoria-nya sudah selesai saat IPO. Jadi (untuk naik lagi) GOTO butuh sentimen positif, dan yang kemungkinan besar yang paling diharapkan investor adalah aksi korporasi emiten. Apakah itu nanti dari Right Isuue, ataupun dividen,” jelas Nafan.
Nafan menilai meskipun sentimen positif dividen harus menunggu perusahaan mendapat profit, namun aksi korporasi seperti right issue juga efektif untuk meningkatkan sentimen positif. Misalkan right issue untuk memperkuat basis SDM GOTO, menjalankan strategi bisnis, atau untuk mempertahankan status decacorn.
“Dari penggunaan transaksi digital memang Indonesia masuk yang terbesar di ASEAN, dan pada tahun 2025 pemerintah memproyeksikan transaksi digital mencapai 124 miliar dollar AS. Jadi sebenarnya, potensi Gross Merchandise Value (GMV) atau Gross Transaction Value (GTV) ini kedepannya masih bisa dioptimalisasikan. Tinggal bagaimana emiten tersebut bisa mencapai profitable, walaupun ini memerlukan proses panjang,” jelas dia.
Di sisi lain, Nafan melihat posisi harga saham GOTO belum mengalami break down dari level support Rp 360 per saham. Jika harga saham GOTO menyentuh level tersebut, ada dua level supprot penting sebagai penentu yakni 340 dan 330.
“Dari analisa saya pribadi, jika GOTO menyentuh level 340 dan 330, saya pikir harga saham tersebut bisa saja terjadi pull back. Paling bisa kembali lagi di level 360. Jadi di analisa teknikal ini juga mesti di-review tiap hari, bagaimana pola candle yang terbentuk. Dalam dua hari memang terbentuk pola candle biru, tapi tipis dan di bawah standar deviasi sehingga GOTO masih bearish consolidation,” jelasnya.