Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut penguatan ASEAN merupakan kunci untuk menghadapi perkembangan ekonomi dunia.
Hal itu disampaikan usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Kamboja Pan Sorasak dan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia Dato’ Seri Mohamed Azmin Ali.
Mendag Lutfi menekankan, rantai pasok di ASEAN akan sangat terganggu di masa mendatang.
Baca juga: Dirjen PLN Kemendag Ditangkap Usai Rencana Ungkap Mafia Minyak Goreng, Jaksa Agung: Dia Terlalu Pede
“ASEAN perlu segera mengambil aksi nyata untuk memperkuat posisi sentralitas ASEAN melalui berbagai inisiatif berbasis proyek dan merevitalisasi ASEAN sebagai basis produksi dalam penguatan rantai pasok ekonomi di kawasan,” tegas Mendag dalam siaran persnya, Minggu (14/5/2022).
Mendag Lutfi memandang penguatan ekonomi harus berasal dari dalam ASEAN.
ASEAN memiliki berbagai inisiatif bersama yang perlu direvitalisasi seperti proyek pupuk Aceh ASEAN, proyek Urea ASEAN di Malaysia, proyek fabrikasi tembaga ASEAN di Filipina, proyek abu soda garam batu di Thailand, serta proyek vaksin ASEAN di Singapura.
“Untuk itu, ASEAN perlu meningkatkan proyek-proyek serupa di masa mendatang sehingga dapat memperkuat ketangguhan ASEAN terhadap berbagai agenda atau kebijakan negara lain yang dapat mengganggu rantai pasok di kawasan,” ungkap Mendag.
Pertemuan bilateral juga membahas persiapan pelaksanaan rangkaian Pertemuan Spesial ASEAN Economic Ministers (AEM) yang akan dilaksanakan pada 17—18 Mei 2022 di Bali, Indonesia.
Mendag Lutfi menyampaikan pembahasan kondisi ekonomi global, antara lain terkait peningkatan proteksionisme era modern, peningkatan inflasi pascakonflik Rusia-Ukraina yang memicu krisis energi dan inflasi harga dunia.
Baca juga: Kejagung Periksa Tiga Orang Analis Perdagangan di Kemendag RI Soal Kasus Mafia Minyak Goreng
Mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat ini menyampaikan, Indonesia menargetkan untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah melalui pelipattigaan produk domestik bruto (GDP) per kapita dari 4,000 dolar AS menjadi sekitar 12,500 dolar AS pada periode 2038—2040.
Dalam mencapai target ini, peningkatan investasi infrastruktur secara masif menjadi kunci utama Pemerintah Indonesia.
Untuk menunjang pencapaian tersebut, Indonesia mendukung keterbukaan akses pasar perdagangan internasional.
“Peningkatan investasi diharapkan dapat mendukung tujuan besar Pemerintah Indonesia untuk keluar dari status negara dengan pendapatan menengah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara umum,” imbuh Mendag Lutfi.