Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai pelemahan rupiah yang terjadi hari ini Senin (23/5/2022) karena beberapa faktor, satu diantaranya keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga.
"Kemungkinan pelemahan rupiah karena pasar melihat Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunganya pada rapat pekan ini sehingga gap yield AS dan Indonesia menyempit," kata Ariston kepada Tribunnews, Senin (23/5/2022).
Kurs rupiah di pasar spot terpantau tak berdaya pada perdagangan tengah hari ini Senin (12/5/2022) di level Rp 14.668 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ini membuat rupiah melemah 0,18 persen dibanding penutupan Jumat (20/5/2022) di Rp 14.642 per dolar AS.
"Meskipun pelemahannya tidak besar, mungkin karena ditopang oleh sentimen di atas dan beberapa kondisi ekonomi Indonesia yang membaik seperti surplus neraca perdagangan, pelonggaran aktivitas dan dibukanya keran ekspor CPO lagi," lanjut Ariston.
Baca juga: Ini Sejumlah Faktor Penyebab Rupiah Melemah Jadi Rp 14.668 Per Dolar AS
Ariston mulanya memprediksi rupiah akan menguat terhadap dolar AS karena melihat sentimen pasar terhadap risiko terlihat membaik dengan penguatan indeks saham Asia seperti Nikkei, Kospi, Hangssng dan penguatan nilai tukar regional terhadap dollar AS.
Baca juga: Rupiah Anjlok ke Level Rp 14.668 Per Dolar AS, Jadi yang Terlemah di Asia
Ia mengamati pasar berupaya mencari peluang masuk di level rendah. "Tapi rupanya rupiah tidak mengikuti, malah melemah," urainya.
Rupiah hari ini menjadi mata uang dengan pelemahan terbesar di Asia. Hingga pukul 12.30 WIB, pergerakan mata uang di kawasan cenderung beragam.
Di mana, dolar Taiwan berada satu tingkat lebih baik dari rupiah setelah koreksi 0,14 persen.
Selanjutnya, rupee India tertekan 0,13 persen dan peso Filipina terdepresiasi 0,06 persen disusul ringgit Malaysia yang terkikis 0,03 persen.
Kemudian ada won Korea Selatan turun 0,02 persen dan dolar Hong Kong melemah tipis 0,01 persen pada perdagangan tengah hari ini.
Sementara itu, dolar Singapura menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,33 persen, diikuti, baht Thailand yang terkerek 0,29 persen.
Berikutnya, yen Jepang terangkat 0,28 persen serta yuan China yang menguat 0,13 persen terhadap the greenback.