News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mantan Menteri KLH Sony Keraf: Ekonomi Sirkular Kunci Lestarikan Bumi

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang barang yang akan diproduksi.

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat termasuk mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.

Kondisi ini juga mendorong banyak pelaku usaha menjalankan bisnis yang berkelanjutan dengan menjalankan bisnis yang ramah lingkungan dan memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.

Bisnis berkelanjutan menggunakan berbagai pendekatan, diantaranya Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Environment, Social, and Governance (ESG).

Baca juga: Masyarakat Didorong Selamatkan Bumi dengan Ekonomi Sirkular

Pemerhati lingkungan, Dr Alexander Sonny Keraf, menyampaikan, isu yang berkembang saat ini bukan hanya perubahan iklim, tapi juga dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi sejak revolusi industri.

Pasalnya, sejak revolusi industri terjadi, sebagian besar industri menggunakan energi fosil sebagai penggerak operasi perusahaan.

Menurut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini, ada empat imbas dari revolusi industri yakni berupa pencemaran baik udara, air, lahan, lalu kerusakan lingkungan seperti hutan hingga kerusakan lapisan ozon.

“Ketiga adalah kepunahan aneka ragam hayati baik flora dan fauna yang merupakan sumber pangan dan obat-obatan sekaligus rantai kehidupan. Barulah berikutnya yang keempat kita sebut sebagai pemanasan global dan perubahan iklim dengan dampaknya yang dahsyat termasuk berkembang biaknya penyakit lama maupun penyakit baru,” ujarnya dalam keterangan pers tertulis, Senin (30/5/2022).

Dia mengatakan, salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha, adalah menjalankan konsep ekonomi sirkular, model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.

Salah satu contoh di ekonomi sirkular yang berkembang, lanjut Sonny, adalah penerapan extended producer responsibility, atau tanggung jawab produsen yang lebih luas, khususnya menyangkut sampah atau limbah. Selama ini telah terjadi salah kaprah karena menganggap sampah merupakan tanggung jawab konsumen. Sehingga masyarakat konsumen lah yang didesak untuk memilah, mengumpulkan, dan membuang sampah di tempatnya.

“Kita lupa bahwa sampah itu sumbernya dari produsen juga, khususnya sampah industri atau sampah kebutuhan konsumsi, seperti botol dan kotak minuman kemasan. Maka dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang
barang yang akan diproduksi. Kalau dia sudah merancangnya sejak awal, maka ia akan memilih bahan baku kemasan yang tidak akan menimbulkan sampah. Atau mereka akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali sampah plastik atau kardus yang menjadi sisa-sisa dari produksinya,” kata dia.

Baca juga: Praktik Sirkular Ekonomi Mampu Ciptakan Proses Produksi Ramah Lingkungan

Sonny Keraf adalah Ketua Dewan Juri ajang Indonesia Green & Sustainable Companies Award (IGSCA) 2022 yang diselenggarakan beberapa waktu lalu untuk mengapresiasi perusahaan yang telah menjalankan bisnis secara berkelanjutan.

Da menilai, telah tumbuh kesadaran pada pelaku industri di Tanah Air untuk tidak semata memikirkan profit, tapi juga planet dan people.

“Belum semua aspek bisnis berkelanjutan dan ekonomi sirkular dilakukan secara sempurna oleh produsen lokal. Tapi, memang ada komitmen dan upaya untuk melakukan proses-proses yang lebih hijau sifatnya,” paparnya.

Dia mencontohkan inisiatif oleh Danone Indonesia yang mengumpulkan kemasan plastik paska konsumsi untuk kemudian diolah kembali dijadikan bahan baku kemasan mereka, atau untuk produk berbeda yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Kemasan produk berbahan plastik itu bisa diproduksi ulang untuk kebutuhan yang lain, atau dikirim ke produsen pemilik merek untuk dipakai kembali sebagai bahan baku sehingga mengurangi pengerukan sumber daya alam,” urainya.

Di IGSCA 2022 Danone Indonesia berhasil masuk ke dalam 10 besar perusahaan yang mengusung konsep green company dan diumumkan sebagai pemenang pada 12 Mei 2022.

Kriteria penilaian IGSCA terdiri dari aspek Ekonomi Berkelanjutan, Inklusi Sosial, Kesejahteraan dan Kenyamanan Karyawan, Pengelolaan Lingkungan, serta Standar Etika dan Kepatuhan (Compliance).

Baca juga: Lanjutkan Program Ekonomi Sirkular Aspal Plastik, Ini Target Chandra Asri Hingga 2023

Dewan Juri menetapkan 10 perusahaan dengan nilai tertinggi yang menerima penghargaan IGSCA 2022 dan tiga perusahaan yang mendapatkan penghargaan khusus.

Vera Galuh Sugijanto, VP General Secretary Danone Indonesia mengatakan, perusahaannya menjalankan kepedulian tinggi serta komitmen dalam melaksanakan bisnis berkelanjutan yang bertanggung jawab.

“Strategi bisnis perusahaan berlandaskan keberlanjutan dan selalu mengacu pada SDGs, sehingga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan pemerintah,” kata Vera.

Dia menjelaskan, program keberlanjutan Danone Indonesia menyasar kesehatan manusia dan lingkungan. Terkait isu kesehatan, dalam payung program Bersama Cegah Stunting (BCS), pihaknya menggerakan program edukasi nutrisi dan hidrasi sehat melalui Warung Anak Sehat (WAS), Isi Piringku, Gerakan Ayo Minum Air (AMIR), Aksi Cegah Stunting (ACS), WASH serta program GESID untuk edukasi remaja.

Perusahaan juga memelopori Danone meluncurkan inisiatif #Bijakberpastik tahun 2018 demi mengumpulkan lebih banyak sampah kemasan plastik daripada yang digunakan pada 2025, mengedukasi 100 juta konsumen dan 5 juta anak sekolah, serta mengembangkan kemasan yang 100 % dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang atau dapat dijadikan kompos dan memiliki kandungan daur ulang hingga 50 % pada kemasannya di 2025.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini