TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyatakan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi di Jawa Timur dan Aceh sejak tanggal 5 Mei 2022 dan berkembang menjadi 17 provinsi hingga saat ini.
PMK pada sapi adalah salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi yang memiliki daya tular yang sangat cepat dan luas.
Menurut Drh. Deddy F Kurniawan, Founder dan CEO SAPIMOO, PMK pada sapi berdampak sangat besar pada kerugian ekonomi peternak dimana kerugian berasal dari penurunan produktifitas susu, penurunan berat badan, biaya pengobatan, kematian hingga jumlah sapi yang harus di afkir untuk menghindari kerugian secara nilai ekonomi lebih lanjut.
Baca juga: Hewan Terkena PMK dengan Gejala Klinis Ringan Masih Sah sebagai Hewan Kurban
Indonesia tercatat mempunyai 17 juta ekor sapi dan saat ini masih mempunyai ketergantungan tinggi terhadap daging dan susu impor. Gangguan terhadap nilai ekonomi ini akan menyebabkan ancaman terhadap mata pencaharian peternak khususnya peternak mikro.
Menurut Deddy, yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim, salah satu permasalahan utama dalam penanganan kasus PMK pada sapi adalah masih minimnya pemahaman peternak tentang penyakit ini sehingga seringkali deteksi dan laporan tidak bisa dilakukan secara lebih dini dan tentu saja akan mengurangi kecepatan penyembuhan.
Baca juga: Wabah PMK di Semarang Belum Berakhir, Ternak Warga yang Terjangkit Makin Banyak
Layanan konsultasi secara daring dengan menghubungkan peternak dengan petugas kesehatan hewan yang mumpuni diharapkan dapat menjembatani masalah gap komunikasi yang ada. Pengalaman telemedicine dalam penanganan pandemi Covid-19 telah dirasakan oleh masyarakat dan praktisi kesehatan.
Ini disampakan oleh Dr. Ivan Sini, tokoh praktisi kesehatan dan Komisaris Utama PT Bundamedik, Tbk. (BMHS), bahwa pandemi ini membuktikan bahwa kebutuhan informasi kesehatan yang mudah diakses menjadi trend-shifter dalam komunikasi penyuluhan maupun deteksi dini penyakit pada manusia.
SAPIMOO adalah platform digital berbasis mahadata dan kecerdasan buatan yang didirikan oleh para ahli dibidang ternak sapi dengan reputasi sangat baik di Indonesia dan Internasional.
SAPIMOO menawarkan solusi interaktif layanan kesehatan hewan dan reproduksi dengan menitikberatkan pada pencatatan tanda dan gejala gangguan kesehatan dan reproduksi pada sapi untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Analisa dan rekomendasi diberikan secara daring kepada pengguna aktif aplikasi SAPIMOO. Diharapkan SAPIMOO dapat berkontribusi dengan menjadi bagian dari solusi untuk membantu produktifitas peternak Indonesia. Layanan konsultasi gratis ini dilakukan secara daring melalui akun aktif masing-masing pengguna
artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Di Tengah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Sapimoo Beri Solusi Bagi Peternak