Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini tersedia banyak pilihan instrumen investasi. Namun tidak seluruh jenis investasi mampu memberikan imbal hasil atau return yang tinggi.
Karenanya, investor perlu memahami jenis-jenis investasi secara saksama, termasuk rekam jejak dari penyedia perdagangan aset tersebut.
Berinvestasi di valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) merupakan pilihan yang menjadikan imbal hasil tinggi namun dengan risiko yang juga tinggi.
Baca juga: Fasilitasi Trading Forex dan Kripto, GIC Siapkan Mobile Super App
Belakangan muncul platform trading online untuk aset valas. Senior Investment Analyst Infovesta Utama Edbert Suryajaya menjelaskan, binvestasi pada forex memiliki prospek yang cukup cerah.
Melalui instrumen investasi ini investor mendapatkan potensi cuan yang lebih besar.
Antara lain lewat fasilitas short selling yang menjadi jangkar bagi investor apabila merasa pasangan mata uang akan turun.
Apabila melakukan short selling terhadap pasangan mata uang, investor mengantisipasi bahwa harga dari valas tersebut akan mengalami depresiasi. Karena itu, short selling merupakan cara untuk memperoleh keuntungan dari jatuhnya harga di pasar.
"Kalau berbicara prospek, forex selalu bagus. Kalau naik bisa untung, kalau turun bisa memanfaatkan mekanisme short selling," jelas Edbert.
Dia mengingatkan, investor perlu cermat dalam memilah pihak yang menjadi perantara perdagangan. Idealnya, investasi forex harus difasilitasi oleh perantara yang mendapatkan izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Perusahaan pialang berjangka yang mengantongi izin Bappebti juga telah terbukti mampu menjalankan bisnis dengan legal serta memberikan perlindungan investor.
Baca juga: Hati-hati Penipuan Binary Option & Robot Trading Forex Ilegal, 1222 Situs Ini Diblokir Bappebti
Kondisi berbeda terjadi pada mekanisme binary option seperti Binomo, yang tidak mengantongi izin dari otoritas terkait.
"Kalau bicara pialang yang di bawah Bappepbti tentu sudah dalam pengawasan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, sementara Binomo kan tidak jelas," ujarnya.
Dia menyebutkan, perdagangan berjangka memiliki jangka waktu yang lebih panjang sehingga investor memiliki kesempatan untuk menganalisa pergerakan berdasarkan fundamental aset tersebut. "Binomo time frame pendek, hal ini lebih sulit bagi trader untuk membaca arah," ujarnya.
Ekonom yang juga pakar keuangan dan pasar modal Universitas Indonesia Budi Frensidy, menyarankan agar investor untuk tidak bergantung pada mekanisme robot trading.
Dia menjelaskan, prinsip dasar investasi adalah membandingkan antara nilai aset dan posisi harga saat melakukan pembelian. Pada intinya, investor harus membeli apa yang dipahami dan memahami apa yang akan dibeli.
Menurutnya, robot trading seperti digunakan Binomo idealnya hanya dijadikan sebagai alat bantu untuk menentukan pilihan aset investasi dan waktu yang tepat untuk melakukan aksi beli.
"Jika yang memutuskan jual belinya adalah robot trading, investor harus hati-hati karena akan lebih banyak yang rugi daripada yang untung," katanya.
Fenomena robot trading dalam beberapa tahun terakhir memang telah menjamur namun mekanisme ini tidak menjamin investor mendapatkan cuan lebih tinggi.
Robot trading sendiri merupakan suatu algoritma yang didesain untuk mempermudah aktivitas perdagangan dan digunakan melakukan aksi jual dan beli adalah robot tersebut.
Sesungguhnya, penggunaan robot ini berpotensi memudahkan investor dalam melakukan transaksi aset investasi karena lebih efisien dan mudah.
Akan tetapi, pemahaman masyarakat mengenai instrumen investasi masih cukup rendah.
Di sisi lain, literasi keuangan di Indonesia juga belum setara dengan negara lain yang menggunakan robot trading lebih masif. Tidak sedikit pihak yang memanfaatkan kemudahan teknologi ini untuk menjebak investor, terutama pemula, sehingga kehilangan dana dalam perdagangan aset.
Baca juga: Hati-hati Penipuan Binary Option dan Robot Trading Forex Ilegal, 1222 Situs Ini Diblokir Bappebti
Masih banyak investor yang mengandalkan robot trading dalam menentukan keputusan berinvestasi. "Robot trading adalah alat bantu. Dulu namanya algorith trading. Diganti biar lebih menarik dan happening," kata Budi.
Kendati demikian, Budi menilai tidak ada yang salah dengan robot trading karena sesungguhnya sistem ini telah ada sejak bertahun-tahun silam dengan nama algorith trading.
Hal yang menjadi polemik kemudian adalah banyaknya pihak yang menjanjikan return tidak masuk akal atau memberikan jaminan keuntungan melalui investasi pada robot trading.