Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perusahaan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT), PT Arkora Hydro membidik dana penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di kisaran Rp 165,85 miliar sampai dengan Rp 179,77 miliar.
Direktur Utama Arkora Hydro Aldo Artoko mengatakan, perusahaan akan menggunakan dana hasil IPO untuk dua keperluan.
"Pertama, sekira 63 persen digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan, yang akan dimaksimalkan untuk pengembangan proyek-proyek EBT ke depannya," ujarnya dalam public expose di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Arkora Hydro Buka Harga IPO di Rp 286 Hingga Rp 310 Per Saham
Lebih rinci, porsi investasi pembangunan pembangkit EBT terbagi ke tiga anak usaha yakni 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru di Lampung, dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.
Kemudian, dia menambahkan, penggunaan dana IPO sisanya sekira 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek.
"Kita mencari cara secepat mungkin bangun proyek tersebut. Kita buktikan kepada pemerintah dan PLN, bahwa kita pengembang yang serius bisa realisasikan arahan PLN dan pemerintah terkait energi terbarukan," kata Aldo.
Baca juga: Telkomsel Beli Saham GoTo Lebih Murah Daripada Investor Pra-IPO
Sementara ke depannya, dia meyakini, bisnis EBT masih memiliki potensi besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang yaitu hidro, surya, dan angin.
"Kehadiran hidro sudah kompetitif dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Namun, pemanfaatan potensi EBT masih jauh di bawah 10 persen," pungkasnya.