Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami tekanan hingga jelang akhir pekan ini, Jumat (1/7/2022).
Pada sore ini, kurs rupiah tertekan ke posisi Rp 14.942 atau melemah 39 poin dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp 14.903 per dolar AS.
Sementara, kurs JISDR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) Bank Indonesia melemah ke posisi Rp 14.956 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.882 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp 14.930 sampai Rp 14.970 per dolar AS.
Menurutnya, penguatan dolar AS karena investor mempertimbangkan dorongan dari kebijakan pengetatan Federal Reserve, serta risiko resesi di Amerika Serikat.
"Untuk minggu ini, indeks telah naik 0,7 persen akibat potensi perlambatan global memperkuat daya tarik greenback karena status safe haven. Pasar akan mengamati potensi pelemahan data manufaktur ISM AS yang akan dirilis hari ini," papar Ibrahim.
Baca juga: Awali Juli, Rupiah Terpantau Melemah Terhadap Dolar AS, Semakin Dekati Level Rp 15.000
Ia menyebut, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 150 basis poin sejak Maret 2022, dan setengahnya datang bulan lalu dalam kenaikan terbesar bank sentral sejak 1994.
"Pasar memperkirakan jumlah yang sama pada bulan ini," ucapnya.
Sementara sentimen dari internal, kata Ibrahim, pasar terus memantau perkembangan inflasi periode Juni 2022 secara tahunan yant di luar dugaan, di mana lebih tinggi di bandingkan ekspetasi para analis, inflasi sudah berada di atas 4 persen.
Baca juga: Jumat Pagi Ini, Rupiah Semakin Melemah di Level Rp 14.949 Per Dolar AS
Secara tahunan, inflasi Juni 2022 berada di 4,35 persen atau lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55 persen sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017, sedangkan ekspektasi para analis inflasi tahunan mencapai 4,2 persen.
"Pemerintah memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir 2022 akan mencapai tingkat 4,5 persen, dipengaruhi lonjakan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasok global dan perang antara Rusia - Ukraina," tuturnya.