News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inflasi Melonjak, Jerman Catat Defisit Perdagangan Bulanan Pertama Sejak 1991

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi lonjakan laju inflasi. Jerman mencatat defisit perdagangan bulanan pertama sejak 1991 di tengah melonjaknya inflasi dan gangguan rantai pasokan yang membebani basis industri negara itu.

Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Jerman mencatat defisit perdagangan bulanan pertama sejak 1991 di tengah melonjaknya inflasi dan gangguan rantai pasokan yang membebani basis industri negara itu.

Dilansir dari The Guardian, Selasa (5/7/2022) angka-angka dari badan statistik negara itu menunjukkan bahwa lonjakan nilai impor dan penurunan ekspor telah membuat Jerman mengalami defisit perdagangan sebesar 1 miliar Euro pada bulan Mei.

Ekspor turun di bulan Mei sebesar 0,5 persen menjadi 125,8 miliar Euro, sementara impor meningkat 2,7 persen menjadi 126,7 miliar Euro.

Baca juga: Thailand Juga Dilanda Lonjakan Inflasi, Tertinggi Sejak 14 Tahun Terakhir

Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, ekspor naik hampir 12 persen, sementara nilai impor melonjak hampir 30 persen.

Sementara itu, basis manufaktur dominan Jerman telah menghadapi gangguan dari masalah rantai pasokan global yang disebabkan oleh pandemi dan penguncian wilayah di China.

Selain itu, melonjaknya harga energi dan melemahnya permintaan barang juga memukul permintaan.

Menurut angka perdagangan terbaru, harga impor seperti energi, makanan dan komponen industri naik lebih dari 30 persen di bulan Mei dibandingkan dengan tahun lalu, sementara harga ekspor naik sekitar setengah tingkat.

Angka tersebut muncul saat perang Rusia di Ukraina yang meningkatkan harga energi di seluruh Eropa, menaikkan inflasi dan mempengaruhi neraca perdagangan negara-negara yang bergantung pada impor minyak dan gas untuk sebagian besar kebutuhan energi mereka.

Defisit transaksi berjalan Inggris, yang mengukur perdagangan lintas batas dan arus keuangan, melonjak pada kuartal pertama tahun ini ke level tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1950-an.

Meskipun sebagian besar disebabkan oleh melonjaknya biaya impor bahan bakar, hal itu juga terjadi karena banyak eksportir Inggris bergulat dengan gangguan Brexit dari masalah perbatasan dan berbelit-belitnya birokrasi.

Sebaliknya, surplus transaksi berjalan Rusia lebih dari tiga kali lipat dalam empat bulan pertama tahun ini, mencapai level tertinggi setidaknya sejak 1994.

Peningkatan tersebut didorong oleh melonjaknya harga gas yang mengangkat nilai ekspor dan sanksi barat yang menyebabkan penurunan impor.

Baca juga: Inflasi Turki Membumbung Hampir 80 Persen Akibat Lonjakan Harga Pangan

Di sisi lain, ekspor Jerman ke Rusia turun hampir 60 persen di bulan Maret setelah invasi ke Ukraina, dan turun lagi hampir 10 persen di bulan April.

Ekspor pulih secara bulanan untuk pertama kalinya di bulan Mei, naik hampir 30 persen mencapai 1 miliar Euro. Sedangkan impor Jerman dari Rusia turun 9,8 persen menjadi 3,3 miliar Euro.

Claus Vistesen, kepala ekonom zona euro di konsultan Pantheon Macroeconomics, mengatakan penurunan tajam dalam pasokan gas Rusia ke Jerman akan menurunkan volume impor, tetapi nilainya akan meningkat seiring dengan kenaikan biaya energi secara keseluruhan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini