TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga minyak mentah di pasar dunia terpantau turun tajam hingga sekitar 9 persen pada perdagangan hari Selasa, 5 Juli 2022 kemarin akibat sentimen negatif pasar terhadap kondisi terkini perekonomian dunia.
Pasar was-was oleh terjadinya resesi dunia serta lockdown di China karena tren Covid-19 yang kembali menjalar dan berisiko menurunkan permintaan pasar terhadap minyak mentah.
Penurunan harga minyak mentah yang terjadi Selasa kemarin merupakan penurunan harian terbesar sejak Maret 2022.
Harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2022 pada Selasa kemarin ditutup di level US$ 102,77 per barel, anjlok 10,73 dolar AS atau mencapai 9,5 persen.
Hal serupa juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI).
Harga minyak jenis WTI Selasa kemarin ditutup ambles 8,2 persen atau US$ 8,93 ke US$ 99,50 per barel.
Sekedar mengingatkan, tidak ada penutupan untuk minyak WTI pada hari Senin (4/7) karena hari libur kemerdekaan Amerika Serikat (AS).
Dengan hasil ini, kedua tolok ukur harga minyak global ini mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak 9 Maret dan memukul harga saham perusahaan minyak dan gas utama.
Baca juga: Gejolak Harga Minyak Mentah Kerek Naik Inflasi Negara Pakistan, Melesat 21,32 Persen pada Bulan Juni
"Kami sedang mendapatkan krim dan satu-satunya cara menjelaskan bahwa penurunan ini adalah karena ketakutan akan resesi," kata Robert Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho. "Kalian bisa merasakan tekanannya juga."
Harga minyak berjangka tenggelam bersama dengan harga gas alam, bensin dan saham, yang sering menjadi indikator permintaan minyak mentah.
Sementara itu, pengujian massal Covid-19 di China menebar kekhawatiran akan potensi penguncian yang mengancam akan memperdalam pengurangan konsumsi minyak.
Baca juga: Harga Minyak Turun Imbas Ketidakpastian Produksi OPEC+ hingga Kekhawatiran Resesi
Shanghai mengatakan, bakal memulai putaran baru pengujian massal terhadap 25 juta penduduknya selama periode tiga hari, mengutip upaya untuk melacak infeksi yang terkait dengan wabah di sebuah bar karaoke.
"Kami melihat beberapa likuidasi panik. Banyak kegugupan," kata Dennis Kissler, Senior Vice President for Trading BOK Financial.
Kekhawatiran bahwa permintaan musim mengemudi musim panas AS akan turun setelah liburan 4 Juli, juga tampaknya membebani pasar, lanjut Kissler.