Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah diminta melakukan antisipasi dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat tembus Rp 15.000 per dolar AS.
Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengatakan, dampak pelemahan rupiah ini akan mendongkrak harga komoditas bahan baku yang berasal dari negara lain.
"Pelemahan nilai tukar rupiah bisa memicu imported inflation atau kenaikan biaya impor," ujar Kamrussamad, Jumat (8/7/2022).
Baca juga: IHSG dan Rupiah Kompak Perkasa Di Akhir Pekan
Kamrussamad melihat, sejauh ini memang imported inflation belum dirasakan karena produsennya masih menahan harga di tingkat konsumen.
"Tapi kalau rupiah tertekan, biaya impor akan naik signifikan akibat selisih kurs dan imbasnya ke konsumen juga," kata politikus Gerindra itu.
"Pada dasarnya kita harus antisipasi ada dampak ke barang yang kita impor. Sementara banyak bahan baku industri kita yang berasal dari negara lain. Ini akan berdampak sistematis kepada kenaikan harga-harga," sambungnya.
Baca juga: Sore Ini, Rupiah Menguat Tinggalkan Level Rp 15.000
Ia pun menyebut, jika pelemahan rupiah tidak dilakukan antisipasi maka dapat berdampak negatif ke data-data ekonomi dalam negeri.
"Inflasi Indeks Harga Konsumen di Juni ini meningkat 4,35 persen dibanding tahun sebelumnya. Apabila tidak diantisipasi, persoalan ini akan mendorong kenaikan inflasi yang saat ini sudah tinggi," tuturnya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (8/7/2022), menguat tinggalkan level Rp 15.000.
Tercatat, rupiah menguat 23 poin ke level Rp 14.979 dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya Rp 15.002 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pun mencarat penguatan rupiah ke posisi Rp 14.981 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.986 per dolar AS.
Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas, Telisa Aulia Falianty mengatakan, terapresiasinya nilai tukar rupiah seiring adanya kenaikan cadangan devisa Indonesia, meski naiknya hanya 800 juta dolar AS.
"Setelah mengalami penurunan beberapa bulan terakhir. Cadangan devisa mengalami kenaikan dan ini tentu memberikan sentimen positif ke ekonomi kita, terutama ke rupiah yang tertekan sentimen eksternal," ucap Telisa.
Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa (cadev) Indonesia meningkat pada Juni 2022 menjadi 136,4 miliar dolar AS dibandingkan dengan Mei 2022 yang sebesar 135,6 miliar dolar AS.