Ia menambahkan bahwa ini akan difasilitasi oleh perkembangan global dan domestik.
"Perkembangan global utama akan mencakup tren penurunan inflasi pangan dan harga minyak, ini harus didukung oleh langkah-langkah kebijakan yang tepat dari otoritas lokal termasuk pengetatan moneter dan fiskal yang akan mengurangi tekanan permintaan agregat di periode mendatang," papar Dr. Weerasinghe.
Dr. Weerasinghe menekankan, pendekatan terkoordinasi untuk manajemen krisis lah yang akan memastikan dukungan publik dan pada akhirnya membantu mewujudkan ekonomi negara yang normal.
Dia juga menegaskan bahwa langkah-langkah kebijakan perbaikan yang diambil perlu dilengkapi dengan penyesuaian kebijakan yang tepat waktu dan tepat oleh pemerintah.
"Termasuk perlunya implementasi langkah-langkah konsolidasi fiskal yang cepat, di samping program-program kesejahteraan sosial yang efisien dan efektif untuk mendukung kelompok-kelompok masyarakat yang rentan," pungkas Dr. Weerasinghe.
Terkait negosiasi dengan International Monetary Fund (IMF), Bank Sentral Sri Lanka mengatakan kemajuan signifikan telah dibuat untuk mencapai kesepakatan tingkat staf tentang pengaturan Fasilitas Dana Diperpanjang (EFF) dalam waktu dekat.
Cadangan devisa bruto Sri Lanka pada akhir Juni lalu diperkirakan mencapai 1.859 juta dolar Amerika Serikat (AS), termasuk fasilitas swap dari People's Bank of China yang setara dengan 1,5 miliar dolar AS.