Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, kebijakan vaksin booster sebagai syarat perjalanan sudah tepat.
Dia mengatakan, hal itu sudah sejalan dengan prinsip lebih baik mencegah daripada terinfeksiĀ
"Sekarang ada dengan kebijakan pemeintah vaksin booster syarat perjalanan dan masuk mal, ya memamg saat ini harus seperti itu, karena pemerintah punya posisi kewajiban utnuk mempriotaskan kesehatan masyarakat," kata dia saat dihubungi, Senin (11/7/2022).
Ia mengatakan, saat ini sebagian masyarakat mulai tidak peduli dengan protokol kesehatan misalnya beraktivitas di luar rumah tanpa masker.
"Dengan kebijakan ini akan mengurangi risiko mereka terpapar. Penanganan pandemi Covid-19 harus mengacu pada prinsip mencegah daripada terinfeksi," imbuhnya.
Baca juga: Naik Pesawat Wajib Vaksin Booster Per 17 Juli, Ini Respons Dirut Garuda dan Pelita Air Service
Dampak jika seseorang terinfeksi Covid-19 sampai berulang-ulang sangatlah serius. Selain itu, juga ada potensi terjadi long covid yang akan menurunkan kualitas kesehatan seseoang di masa depan.
"Juga perlu diingat bahwa masih ada varian baru sehingga penguatan seperti ini wajar," imbuhnya.
Baca juga: Pengamat: Syarat Vaksin Booster Tak Akan Surutkan Minat Orang Bepergian
Dia meminta pemerintah agar memperbanyak sentra-sentra vaksinasi booster serta mempermudah prosedur penerimaan booster.
"Ini sebagai konsekuensi pemerintah dan tentu ini akan membantu efektifitas dalam pengendalian atau mengurangi terjadinya gelombang atau penularan," ujar Dicky.
Di sisi lain, harus ada peningkatan kesadaran masyarakat terkait protokol kesehatan, serta menggiatkan pengawasan agar masyarakat tidak abai dan lengah dalam menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi.