Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi atau Analis dari Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengungkapkan, inflasi Indonesia diprediksi 4,95 persen di 2022.
Angka tersebut naik cukup signifikan jika dibandingkan dengan inflasi pada tahun sebelumnya yang sebesar 1,87 persen.
Rully mengungkapkan, inflasi tinggi di Indonesia disebabkan melonjaknya harga bahan pangan di Tanah Air.
Seperti diketahui, naiknya harga pangan disebabkan masalah cuaca yang terjadi di Indonesia, yang kemudian menyebabkan gagal panen.
Baca juga: Inflasi Melonjak, Bank Sentral Inggris Diramal Naikkan Lagi Suku Bunga di Agustus
Sejumlah komoditas yang memiliki andil cukup besar terhadap inflasi seperti, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan sejumlah jenis sayur-sayuran.
“Inflasi di Indonesia menjadi risiko yang harus dihadapi di semester II-2022,” ucap Rully dalam sebuah acara Economy Outlook yang diselenggarakan secara daring, Selasa (11/7/2022).
“Kita perhatikan yang jadi pemicunya adalah harga bahan makanan yang naik dalam beberapa bulan terakhir. Ada gangguan curah hujan tinggi yang membuat gagal panen,” sambungnya.
Menurut Rully, salah satu upaya Pemerintah agar laju inflasi tidak meningkat signifikan yaitu dengan memperbaiki rantai pasok komoditas bahan pangan.
Yakni mendorong kebijakan yang lebih agresif oleh Kementerian terkait yakni Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, agar stok bahan pangan nasional terpenuhi dan harganya stabil.
Untuk menjaga rantai pasok nasional, Pemerintah juga harus mendorong kerjasama diplomasi antarnegara, khususnya dengan negara-negara eksportir bahan pangan terbesar di dunia.
“Inflasi ini diatasinya bukan dengan menaikkan suku bunga, tetapi lebih ke distribusi pangan, agar terciptanya suplai. Dan melakukan kerjasama dengan negara lain agar bahan pangan suplai global tidak terhambat.
Baca juga: Inflasi di Turki Tembus 78,6 Persen, Picu Lonjakan Harga Domba, Warga Terancam Tak Bisa Kurban
“Inflasi yang disebabkan kenaikan harga bahan pangan tidak efektif jika (solusinya Bank Indonesia meningkatkan) suku bunga. Kecuali inflasi ini dikarenakan tingkat permintaan yang naik cukup signifikan,” pungkasnya.
Ekonom INDEF Ingatkan Risiko Inflasi yang Bakal Dihadapi Indonesia