Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani mengingatkan agar pemerintah serius mencermati tren lonjakan inflasi yang terjadi di berbagai negara.
Aviliani mengatakan, harus ada langkah konkret Pemerintah kepada masyarakat agar masyarakat dapat mempersiapkan diri menghadapi risiko lonjakan inflasi yang terjadi.
"Kalau inflasi kita kelihatan bagus karena pemerintah mensubsidi BBM coba kalau tidak pasti inflasi akan naik tinggi," tutur Aviliani dalam webinar Indikator Politik Indonesia di Jakarta, Senin (11/7/2022)
Aviliani meyakini subsidi BBM sebesar Rp500 triliun hanya sanggup bertahan hingga akhir tahun ini.
Selanjutnya, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM apabila kondisi ekonomi global belum kunjung membaik.
Baca juga: RI di G20: Inflasi Tinggi Bikin Negara Berkembang Jatuh ke Jurang Kemiskinan
"Artinya masyarakat harus dibawa memahami kondisi. Amerika inflasinya sudah 8 persen, menjaga awareness ini sangat penting sekali kalau kita memberikan subsidinya ke barang bukan ke orang akan berbahaya dan menimbulkan moral hazard," tuturnya.
Dia juga menegaskan, bagaimanapun Amerika Serikat saat ini masih menjadi katalisator atau sebagai episentrum dunia.
Pemerintah Indonesia, lanjutnya, perlu mewaspadai kemungkinan buruk dari tingginya angka inflasi di AS yang dapat mempengaruhi capital outflow.
"Sejauh ini memang masih baik-baik saja cadangan devisa kita karena dibantu ekspor tinggi komoditas batubara dan CPO tetapi ini semua kan ada batas, pada waktunya nanti bisa-bisa akan bermasalah pada APBN kita," tukasnya.
Aviliani menambahkan, saat pandemi mereda, optimisme masyarakat Indonesia cukup tinggi.
Survei Bank Indonesia bahwa indeks kepercayaan masyarakat sudah di atas 100 yang menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia yakin perekonomian nasional bisa kembali pulih.
"Jadi persepsi itu sangat bagus, karena persepsi itu yang membuat orang mau belanja dan mau mengeluarkan uangnya. Itu salah satu hal positif yang perlu kita lanjutkan," urainya.
Hal lainnya konsumsi masyarakat juga sudah tercatat meningkat 50 persen secara year-on-year.
Namun demikian problemnya ketika konsumsi masyarakat positif tetapi konsumsi pemerintah justru negatif.