News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Saham Eropa Melemah Menjelang Laporan Data Inflasi Amerika Serikat

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

European Investment Bank. Bursa saham Eropa melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (13/7/2022), hal itu memperpanjang kerugian yang terjadi pekan ini, karena investor masih menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Bursa saham Eropa melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (13/7/2022), hal itu memperpanjang kerugian yang terjadi pekan ini, karena investor masih menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari CNBC, Indeks pan-Eropa Stoxx 600 dibuka 0,1 persen lebih rendah, menjelang pembacaan data inflasi terbaru AS.

Menurut perkiraan Dow Jones indeks harga konsumen AS di bulan Juni diperkirkan akan naik menjadi 8,8 persen dari sebelumnya 8,6 persen di bulan Mei.

Baca juga: Bursa Saham Jepang Memimpin Kerugian di Asia, Sentimen Risk-Off Masih Berlangsung

Laporan data inflasi AS yang dirilis hari ini, diprediksi dapat mendorong Federal Reserve AS (The Fed) menaikkan kembali suku bunga sebesar 75 basis poin bulan ini.

Pada bulan lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuan tiga perempat poin presentase ke kisaran 1,5 persen hingga 1,75 persen, dan menjadi kenaikan suku bunga paling agresif sejak tahun 1994.

Saham berjangka AS bergerak datar dalam perdagangan Selasa (12/7/2022) malam, karena investor sedang menunggu rilisnya data inflasi AS.

Sementara di pasar Asia-Pasifik, saham mengalami kenaikan setelah China merilis data perdagangan, serta Bank Sentral Korea Selatan dan Bank Sentral Selandia Baru telah menaikkan suku bunga.

Baca juga: Bursa Saham Bergerak Datar Menyusul Rilisnya Data Tenaga Kerja AS

Sedangkan di kawasan Eropa, data dari Kantor Statistik Nasional Inggris menunjukkan ekonomi Inggris berkembang secara tak terduga pada bulan Mei, dengan output tumbuh sebesar 0,5 persen, lebih tinggi dari yang sebelumnya diantisipasi para ekonom.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini