News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Agility dan Fokus Jadi Dua Kunci Keberhasilan Hadapi Tantangan Tech Winter

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi (tengah)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan ini kalimat “winter is coming” yang terkenal berkat salah satu drama televisi jadi sering digunakan meskipun season terakhir seri tersebut telah lama berakhir.

Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dampak kondisi ekonomi global bagi industri perusahaan rintisan (startup). 

Tak hanya dialami oleh startup di Amerika, dampak dari perubahan kondisi ini juga mulai terasa di Indonesia, misalnya saja strategi efisiensi seperti PHK maupun hiring freeze yang telah dilakukan oleh beberapa startup tanah air di kuartal kedua tahun ini.

Banyak pihak kemudian berpendapat bahwa industri ini tengah berada dalam kondisi yang populer disebut tech winter.

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan bukan pertama kalinya Indonesia berada dalam periode yang sulit.

“Kita sudah mengalami pahitnya dua krisis ekonomi sebelumnya di tahun 1998 dan 2009, namun tidak menyurutkan tekad dan rasa percaya untuk terus menerobos maju,” kata Neneng dalam keterangannya, Senin (18/7/2022).

“Kalau kita melihat posisi kita sekarang, kita bisa bangkit dan bahkan terus bertumbuh. Data-data tahun 2021 bahkan membuktikan Indonesia sebagai salah satu pendorong ekonomi digital di Asia Tenggara,” sambungnya.

Data yang disebutkan Neneng mengacu pada sebuah riset yang mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksi menyentuh US$146 miliar pada 2025.

Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari kepercayaan investor terhadap startup dalam negeri yang berhasil berkontribusi meraih 42 persen dari total pendanaan yang disuntik ke wilayah Asia Tenggara selama tahun 2021 lalu.

Optimisme ini tak pelak melupakan upaya pengencangan ikat pinggang oleh pelaku startup agar tetap dapat bertahan di kondisi yang sulit seperti saat ini.

“Hal kunci yang harus dimiliki founder agar tetap berdiri tangguh selama periode sulit adalah fokus pada pengembangan produk dengan memanfaatkan data yang ada dan masukan dari pengguna, mempercepat jalan menuju profitabilitas, serta kemampuan untuk agile dalam melakukan pivot bisnis apabila diperlukan,” papar Neneng.

Baca juga: Tiket KRL Kini Bisa Dibeli Lewat Aplikasi Gojek

Sementara CEO BRI Ventures Nicko Widjaja meyakini bahwa perlambatan yang dihadapi hanya bersifat sementara sebagaimana musim dingin yang akan berganti menjadi musim semi.

Menahkodai startup saat ini, urai Nicko, memiliki prinsip yang sama dengan mengendarai mobil.

“Bisnis adalah tentang keseimbangan. Para founders harus tau kapan harus injak gas untuk capai growth namun harus juga menyadari kapan waktu untuk injak rem, misalnya seperti saat ini,” ucapnya.

Guna membantu founders menavigasi masa sulit, belum lama ini Grab dan BRI Ventures kembali membuka program akselerasi gabungan Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 5 X Sembrani Wira.

Di gelombang kelima, target utama dari program ini adalah startup yang menawarkan produk/solusi bagi UMKM dan mereka yang memiliki model bisnis Direct-to-Consumer (D2C).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini