Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Sri Lanka bangkrut. Negara tersebut berada di tengah krisis ekonomi yang dalam. Hal tersebut memicu aksi demonstrasi besar-besaran yang menyebabkan Presiden Sri Lanka mundur setelah melarikan diri dari negara itu.
Di tengah kepungan demonstran dan krisis, Sri Lanka berusaha mencari dana pinjaman dari Dana Moneter Internasional atau IMF.
Profesor dari Universitas Johns Hopkins, Deborah Brautigam mengatakan Sri Lanka harus keluar dari situasi kekacauan sebelum IMF memberikan dana talangan.
Baca juga: Bantuan Makanan Pokok 220.000 Kg Beras dan 3.000 Kg Susu Bubuk dari India Tiba di Sri Lanka
“IMF tidak dapat berinteraksi dengan pemerintah ketika keadaan berada dalam mode krisis yang berkelanjutan. Jadi sampai pemerintah stabil dan sampai mereka memiliki menteri keuangan,” kata Brautigam.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (23/7/2022) krisis bahan bakar dan pangan terburuk yang melanda Sri Lanka telah memicu kemarahan rakyatnya dan menuntut mantan presiden Gotabaya Rajapaksa mundur dari jabatannya.
Dan puncaknya pada pekan lalu, mantan presiden Gotabaya Rajapaksa resmi mengundurkan diri.
Kemudian para legislator negara itu telah memilih Ranil Wickremesinghe, mantan perdana menteri negara itu, sebagai presiden baru Sri Lanka.
Baca juga: Mulai Hari Ini Tarif Kereta Api di Sri Lanka Naik 50 Persen
Namun, belum jelas apakah perubahan kepemimpinan ini akan memuaskan para pengunjuk rasa.
“IMF harus dapat bekerja dengan pemerintah Sri Lanka untuk menyusun sebuah program. IMF tidak akan meminjamkan dana talangan apabila situasi di negara itu masih memburuk” ungkap Brautigam.
Selain itu, Brautigam juga menambahkan bahwa IMF membutuhkan jaminan untuk dapat memberikan dana talangan tersebut.
“IMF akan mencoba untuk memastikan bahwa pendapatan pemerintah dan pengeluaran mereka berjalan dengan lebih baik.” jelas Brautigam.
“Jadi, jika Sri Lanka tidak dapat memberikan jaminan, tidak akan ada apa pun dari IMF,” imbuhnya.
Dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa IMF juga akan mencari jaminan dari kreditur Sri Lanka untuk membawa utang negara itu ke tingkat yang berkelanjutan.
“IMF tidak dapat melanjutkan program untuk negara tanpa adanya jaminan.” pungkasnya.