Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Mata uang dolar AS terpantau terus mengalami penurunan hingga nilainya anjlok di level terendah enam minggu terakhir.
Melemahnya mata uang ini terjadi setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.
Pengetatan kebijakan moneter yang tak sesuai dengan ekspektasi investor, telah mengantarkan pelemahan terhadap dolar.
Baca juga: Menilik Kaitan Antara Kenaikan Suku Bunga The Fed, Ekonomi Global, Hingga Nilai Tukar Dolar AS
Di mana pada perdagangan Jumat (29/7/2022) nilai dolar terpantau turun sebanyak 0,5 persen, penurunan ini lantas membuat nilai dolar anjlok menyentuh angka 105,680. Menjadi yang terendah sejak 5 Juli 2022.
Penurunan tersebut bahkan membuat nilai dolar menjadi lemah diantara mayoritas mata uang dunia lainnya.
Sebelum mengalami penurunan nilai pada awal bulan lalu, dolar sempat melesat naik hingga nilainya bertengger ke level tertinggi selama beberapa minggu.
Namun usai The Fed membuat pengumumannya dengan melonggarkan kenaikan suku bunga diluar ekspektasi, lantas memicu gejolak panas pada dolar hingga nilainya turun ke zona merah.
Berbeda dari dolar yang terus menunjukan pelemahan, nilai yen Jepang justru terlihat rebound hingga melesat naik menuju zona tertingginya.
"Pemicu utama rebound yen adalah penyesuaian yang lebih rendah dalam imbal hasil AS yang mencerminkan menyempitnya ekspektasi untuk perbedaan kebijakan antara Fed dan BoJ," kata ahli strategi Mizuho dalam catatan harian.
Tak hanya itu dolar juga ikut melemah terhadap euro, dimana dalam perdagangan Jumat sore nilai euro melesat 1,02 terhadap dolar AS.
Diperkirakan pelemahan dolar akan terus berlanjut mengingat saat ini imbal hasil Treasury AS 10-tahun tengah mengalami kesenjangan imbas perlambatan pertumbuhan Amerika yang didorong oleh peningkatan laju inflasi.