Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Lonjakan harga pangan dan energi telah mengantarkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) hingga berkontraksi 0,9 persen pada kuartal II tahun 2022 year on year.
Adanya penurunan ini lantas mendorong ekonomi AS untuk masuk dalam jurang resesi.
Genderang resesi ini tumbuh lebih keras usai ekonomi AS menyusut secara berturut-turut, akibat kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin yang telah dilakukan bank sentral AS (The Fed). Meski kebijakan ini dipercaya dapat menurunkan laju inflasi, namun nyatanya dengan pengetatan tersebut, ekonomi AS kian suram.
Baca juga: Ekonomi Amerika Kontraksi, Joe Biden hingga Janet Yellen Bantah AS Mengalami Resesi
“Kontraksi PDB kuartal kedua secara signifikan meningkatkan risiko bahwa ekonomi akan jatuh ke dalam resesi pada akhir tahun.” ujar ekonom AS, Yelena Shulyatyeva dan Eliza Winger yang dikutip dari Al Jazeera.
Bahkan berbagai perusahaan besar di AS sudah mulai membekukan aktivitas rekrutmen serta bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), demi mengurangi pengeluaran perusahaan di tengah ancaman gejolak ekonomi imbas pelemahan daya konsumsi di AS.
Bertambahnya Angka Pengangguran
Data lapangan kerja AS mencatat jumlah pengangguran di kota – kota besar Amerika kini telah melesat 3,6 persen, jumlah tersebut meningkat setelah beberapa industri seperti perbankan hipotek, fintech, konstruksi dan otomotif dihantam krisis pendapatan.
Mengutip dari CNN International meningkatnya laju inflasi telah membuat beberapa konsumen di Negeri Paman Sam mengalami kesulitan dalam membayarkan tagihan utangnya secara tepat waktu.
Alasan inilah yang membuat sejumlah perusahaan nekat memangkas karyawannya. Seperti yang baru – baru ini dilakukan oleh raksasa kartu kredit Discover dan Capital One, dimana keduanya mencatat penurunan pendapatan kuartal tahunan, akibat melonjaknya biaya tagihan.
Tak hanya sektor perbankan saja yang terpukul resesi, berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja, sektor konstruksi dan manufaktur juga memiliki risiko pemangkasan karyawan yang cukup besar. Ini terjadi lantaran selama penurunan ekonomi, orang biasanya akan membatasi pengeluaran mereka dalam pembelian berskala besar, seperti pembelian mobil dan rumah baru.
Apabila angka pengangguran di AS kian membludak maka dikhawatirkan dapat memicu penurunan pajak penghasilan negara. Hal tersebut tentunya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS dalam beberapa tahun kedepan.
Industri Bisnis Yang Kebal Resesi
Meski gelombang PHK imbas inflasi kini tengah menghantui jutaan warga AS, namun ternyata ada sejumlah industri bisnis yang tahan pada saat resesi, diantaranya sektor kesehatan, pemerintah, komputer dan teknologi informasi, serta pendidikan.
Baca juga: Xi Jinping ke Joe Biden, Kunjungan Pelosi ke Taiwan Berbahaya