Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonomi senior Faisal Basri mengatakan, rokok tetap menjadi penyumbang terbesar kedua garis kemiskinan di Indonesia sejak masa lalu hingga sekarang.
Berdasarkan data per Maret 2022, komoditas rokok memberikan sumbangan sebesar 12,21 persen terhadap garis kemiskinan di perkotaan.
"Jadi setelah beras 19,38 persen, rokok lebih penting. Mati orang kalau tidak merokok, gitu," ujarnya dalam webinar "Tobacco Tax in Indonesia: Counting The Lost Rupiahs", Rabu (3/8/2022).
Sementara di pedesaan, sumbangan rokok kretek sebesar 11,63 persen terhadap garis kemiskinan, setelah beras sebanyak 23,04 persen.
"Nah kalau kita lihat tahun 2010, untuk di desa itu sumbangan rokok kretek filter ini hanya 5,9 persen terhadap garis kemiskinan. Sekarang sudah 11,63 persen," kata Faisal.
Baca juga: Konsumsi Rokok Terus Naik, YLKI Minta Pemerintah Lebih Serius Lakukan Pengendalian
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, sumbangan rokok terhadap garis kemiskinan di kota juga naik, dari 7,93 persen tahun 2010 menjadi 12,21 persen pada Maret 2022.
Baca juga: GAPPRI: Simplifikasi Cukai Hasil Tembakau Akan Menekan Pabrik Rokok dan Petani Tembakau
"Jadi mengeruk semakin dalam koceknya orang miskin itu. Oleh karena itulah, pengendalian harus mutlak lah kita lakukan, kalau tidak, maka kemiskinannya makin lama makin susah diturunkan," pungkasnya.