Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia dinilai sebagai salah negara yang kuat dan mampu bertahan dari dampak lesunya ekonomi global.
Chief Economist and Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengungkapkan, saat ini ekonomi dunia dibayangi resesi imbas adanya sentimen ketidakpastian global.
Sebagai informasi, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya, yang menjadikan kondisi perekonomian memburuk.
Baca juga: Wakil Ketua Komisi XI DPR: Kunci Hadapi Resesi pada Sektor Pertanian yang Topang Pertumbuhan Ekonomi
Hal ini ditandai penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Katarina melanjutkan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi ekonomi global saat ini.
Mulai dari adanya konflik geopolitik, varian baru Covid-19, hingga melonjaknya inflasi di berbagai belahan dunia.
"Awalnya pertumbuhan perekonomian dunia 2022 diperkirakan tumbuh 4,4 persen. Kemudian pada Maret (direvisi) turun jadi 4 persen. Juni perkiraannya turun lagi jadi 3,2 persen," ujar Katarina dalam Webinar Economic Outlook, Selasa (9/8/2022).
Baca juga: Dibayangi Resesi Global, Analis Optimistis Ekonomi dan Pasar Modal RI Masih Ekspansif
Namun, lanjut Katarina, Indonesia masih mampu menunjukkan ketahanannya dari berbagai faktor eksternal. Sehingga Indonesia dinilai masih jauh dari kondisi resesi.
Indikator tersebut terlihat dari membaiknya data konsumsi domestik, keyakinan konsumen dan penjualan ritel, menurunnya tingkat pengangguran, meningkatnya kinerja penyaluran kredit, serta neraca perdagangan yang terus mengalami surplus.
Baca juga: Ancaman Resesi di AS Pudar Usai Angka Pengangguran Turun Jadi 3,5 Persen
Ditambah lagi, bukti Indonesia mampu bertahan dari terpaan sentimen negatif global terlihat dari kinerja pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2022 yang tumbuh 5,4 persen.
Kemudian terkait inflasi nasional, Katarina menilai, meskipun meningkat tetapi masih belum berdampak signifikan.
"Inflasi di Indonesia belum menjadikan suatu kekhawatiran. Belum berdampak luas, memang sudah meningkat tapi masih terjaga," ucap Katarina.
"Meskipun inflasi umum meningkat, namun upaya pemerintah untuk menjaga beberapa harga barang, membuat inflasi inti tetap terjaga. Keputusan pemerintah untuk mempertahankan harga BBM subsidi juga tepat dan membuat inflasi inti 2022 tetap terjaga," pungkasnya.