Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut risiko prospek perekonomian mengalami pergeseran dari pandemi Covid-19 menjadi ketidakpastian global.
Sri Mulyani melihat, pergeseran tersebut menjadi risiko finansial lewat penyesuaian kebijakan dan lonjakan inflasi dunia yang tinggi.
Pertama, lonjakan inflasi global yang disebabkan oleh kondisi geopolitik yang eskalatif. Misalnya, perang antara Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Waspadai Dorongan Inflasi dari Harga Pangan dan Energi
"Kedua, adanya pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga kebijakan bank-bank sentral di negara maju," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa, Kamis (11/8/2022).
Ketiga, ucap Sri Mulyani, potensi krisis utang global. Sehubungan dengan keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan negara-negara berkembang, maka akan menimbulkan tekanan pada nilai tukar.
Hal tersebut menjadi momok bagi negara-negara dengan tingkat utang di atas 60 persen produk domestik bruto (PDB) dan yang mendekati 100 persen PDB.
"Keempat, dengan inflasi yang tinggi dan banyaknya risiko, maka negara-negara di dunia berpotensi mengalami pelemahan kondisi ekonomi," tutur Sri Mulyani.
Kondisi tersebut disebut dengan stagflasi. Inflasi yang tinggi, pengetatan suku bunga, akan memperlemah kondisi ekonomi dunia.
"Kombinasi yang rumit dan bahaya bagi para pembuat kebijakan dan bagi perekonomian," tutur Sri Mulyani.