Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak turun pada perdagangan hari ini, Senin (15/8/2022), setelah perusahaan energi Arab Saudi Aramco mengumukan siap meningkatkan produksi minyak mentah.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 27 sen atau 0,3 persen menuju 97,88 dolar AS per barel pada pukul 00.34 GMT.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 22 sen atau 0,2 persen menjadi 91,87 dolar AS per barel.
Baca juga: Jerman Impor Minyak Mentah dari AS Sejak Rusia Batasi Ekspor Energinya
Kepala Eksekutif Aramco, Amin Nasser mengatakan perusahaannya siap meningkatkan produksi minyak mentah hingga kapasitas maksimum sebesar 12 juta barel per hari, jika pemerintah Arab Saudi meminta hal tersebut.
"Kami yakin dengan kemampuan kami untuk meningkatkan hingga 12 juta barel per hari setiap kali ada kebutuhan atau panggilan dari pemerintah atau dari kementerian energi untuk meningkatkan produksi kami," kata Nasser.
Nasser dengan optimis menyatakan pelonggaran pembatasan Covid-19 di China dan peningkatan dalam industri penerbangan dapat menambah permintaan minyak mentah.
Harga minyak rebound lebih dari 3 persen pada minggu lalu setelah komponen minyak yang rusak mengganggu produksi di anjungan lepas pantai Teluk Meksiko.
Seorang pejabat dari negara bagian AS Louisiana mengungkapkan produsen minyak bergerak untuk mengaktifkan kembali beberapa produksi yang dihentikan, setelah proses perbaikan selesai pada Jumat (12/8/2022) lalu.
Sebuah flens yang gagal menghubungkan dua jaringan pipa darat yang dioperasikan perusahaan energi Shell Plc di Louisiana, membocorkan sekitar dua barel minyak.
Baca juga: Wall Street Merah, Imbas Pengetatan Pasokan Minyak Mentah hingga Melambatnya Produksi Manufaktur AS
Direktur eksekutif Komisi Pelabuhan Greater Lafourche, Chett Chiasson mengatakan minyak yang tumpah ke area yang tertutup kerikil telah dipindahkan dan flens yang rusak segera diperbaiki pada Jumat malam.
Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co melaporkan pada Jumat lalu, jumlah rig minyak AS naik dari 598 menjadi 601 pada minggu lalu.
Jumlah rig, indikator awal produksi masa depan, tumbuh lambat dengan produksi minyak baru terlihat pulih dari pemotongan produksi terkait pandemi Covid-19.
Sementara itu, pasar minyak global tetap didukung oleh ketatnya pasokan menjelang sanksi Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia dan pasokan produk olahan minyak pada musim dingin ini.
Rusia, yang memasok 60 persen dari kebutuhan minyak Eropa, menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu sehingga mengguncang pasar bahan bakar setelah Moskow memperkirakan akan memotong pasokan energi.