Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Kementerian Ekonomi Rusia memperkirakan tahun ini Moskow dapat mengantongi pendapatan dari sektor energi sebesar 337,5 miliar dolar AS.
Proyeksi ini berdasarkan naiknya volume ekspor minyak Rusia, ditambah kenaikan harga bensin, sehingga pendapatan sektor energi Rusia tahun ini dapat melonjak 38 persen dari pendapatan di tahun 2021.
Lonjakan pendapat ini dapat membantu ekonomi Rusia menghadapi gelombang sanksi Barat.
Selain itu, pendapatan dari sektor energi juga membantu Moskow mendanai pengeluaran militer serta meningkatkan upah dan dana pensiun di tengah jatuhnya ekonomi negara ini ke dalam resesi dan inflasi.
Namun para analis mengatakan, lonjakan pendapatan energi Rusia hanya mampu mengkompensasi sebagian kerusakan akibat sanksi ekonomi yang dijatuhkan pihak Barat terhadap Rusia, setelah Moskow menginvasi Ukraina.
“Dampak sanksi terhadap ekonomi Rusia sangat tidak merata. Di beberapa sektor, telah menjadi bencana besar, seperti industri mobil. Sektor minyak relatif tidak terluka untuk saat ini,” kata Senior Associate di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, Janis Kluge.
Baca juga: Pasokan Energi Rusia Turun Drastis, Penyedia Listrik Jerman Rugi Besar
Kluge juga menyebut sektor teknologi informasi (IT) dan keuangan sebagai dua sektor yang paling terpukul sanksi Barat.
“Sektor-sektor ini memiliki hubungan paling kuat dengan Barat dan akibatnya paling menderita,” tambah Kluge, yang dikutip dari Al Jazeera.
Kementerian Ekonomi Rusia memproyeksikan pendapatan ekspor energi akan menyusut menjadi 255,8 miliar dolar AS di tahun depan, namun masih lebih tinggi dari pendapatan di tahun 2021 sebesar 244,2 miliar dolar AS.
Baca juga: Raksasa Energi Rusia Gazprom Hentikan Pasokan Gas ke Latvia
Harga ekspor rata-rata bensin diperkirakan akan naik dua kali lipat tahun ini menjadi 730 dolar AS per 1.000 meter kubik, dan secara bertahap akan turun hingga akhir tahun 2025.
Aliran minyak Rusia ke Eropa berkurang tahun ini setelah salah satu rute pengiriman ditutup ketika Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari lalu. Rusia juga menghentikan aliran energi ke beberapa negara di Eropa, karena mereka menolak membayar bensin dalam mata uang rubel Rusia.
Kementerian Ekonomi Rusia juga memperkirakan volume gas dari perusahaan energi Rusia Gazprom akan menurun menjadi 170,4 miliar meter kubik tahun ini. Sementara pada tahun 2021, aliran gas dari Gazprom mencapai 205,6 miliar meter kubik.
Baca juga: Eropa Beri Izin Perusahaan Energi Rusia Untuk Ekspor Gas Dengan Negara Ketiga
Secara bertahap Rusia telah meningkatkan produksi minyaknya di tengah naiknya permintaan dari pembeli Asia. Kementerian Ekonomi Rusia memperkirakan produksi dan ekspor minyak akan naik hingga akhir tahun 2025.
Gazprom juga mengungkapkan pasokan bensin yang dikirim ke China meningkat. Namun perusahaan ini tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Secara keseluruhan, perkiraan Kementerian Ekonomi Rusia menunjukkan ekonomi negara ini mampu bertahan lebih baik di tengah sanksi yang diterima Moskow.
Namun Kementerian Ekonomi Rusia memperingatkan ekonomi dapat menyusut lebih dari 12 persen. Ini akan menjadi penurunan paling signifikan sejak jatuhnya Uni Soviet pada pertengahan tahun 1990-an.
Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia menyusut 4,2 persen tahun ini, lebih rendah dari perkiraan di bulan Mei lalu yaitu sebesar 7,8 persen.
Sedangkan pendapatan riil yang dapat dibelanjakan turun 2,8 persen, jauh lebih rendah dari yang diprediksi sebelumnya 6,8 persen.