News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Alasan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin dari 3,5% menjadi 3,75%.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di saat bank sentral negara-negara lain telah beberapa bulan lalu menaikkan suku bunga acuan, Bank Indonesia (BI) baru melakukannya pada Selasa (23/8/2022).

Kenaikannya pun tidak begitu tinggi yaitu hanya 25 basis poin dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen.

Ini menjadi kenaikan pertama selama hampir setahun enam bulan sejak Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Februari 2021 hingga Juli 2022.

Ternyata Bank Indonesia memiliki alasan tersendiri pada keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Agustus 2022 yang hanya menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin.

Selama ini BI 7-Day Reverse Repo Rate bertengger di level terendah di sepanjang sejarah.

Baca juga: Analis Pasar Saham Sebut Sentimen Nilai Tukar Rupiah Pengaruhi Kekuatan IHSG

Ternyata margin bank tetap besar saat pertumbuhan kredit baru meningkat pesat akhir-akhir ini.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan rasio net interest margin (NIM) perbankan di Juni 2022 mencapai 4,69 persen. Meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu di level 4,56%.

Bahkan, beberapa bank digital mencatatkan NIM jumbo seperti Bank Jago (ARTO) mencatatkan kenaikan NIM dari 5% di Juni 2021 menjadi 10,8% di Juni 2022.

Ada juga, Bank Neo Commerce (BBYB) naik 5,13% menjadi 10,16% di paruh pertama 2022.

Menanggapi, masih tingginya NIM perbankan di tengah tren suku bunga rendah, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan sejumlah bank sudah menurunkan suku bunga kreditnya.

Ia pun mengapresiasi langkah perbankan yang mengikuti kebijakan bank sentral ini dalam memacu pertumbuhan kredit demi pemulihan ekonomi.

“Namun, sejumlah bank penurunan suku bunganya masih lambat, salah satunya karena biaya operasional yang masih tinggi,” papar Perry secara virtual pada Selasa (23/8/2022).

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengakui NIM di Indonesia masih cukup tinggi saat ini.

Kendati demikian, BI terus memantau suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan yang wajib dilaporkan secara berkala.

“Kita terus pantau, SBDK setiap saat, trennya itu terus mengalami penurunan. Memang kita melihat, beberapa bank khususnya bank digital memang relatif lebih tinggi.

Baca juga: Bank Indonesia Bisa Naikkan Suku Bunga Sebelum Harga BBM Subsidi Naik 

Akan kami pantau, pertumbuhan kredit masih sangat tinggi bahkan data Juli kredit tumbuh di atas 10%,” ujar tambah Destry.

Perry menambahkan, meski terjadi kenaikan BI Rate 25 bps, ia optimis penyaluran kredit masih akan terus meningkat. Sebab, penawaran dan permintaan kredit masih kuat.

“Kredit perbankan dipengaruhi penawaran dan permintaan, saya lihat dari penawaran perbankan itu memang salah satunya dari suku bunga kredit, tapi bukan satu-satunya faktor.

Tapi faktor lain adalah likuiditas tecermin rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,92%, sehingga penawaran bank tinggi,” tambahnya.

Faktor lain, lending standar (risk appetite) atau keinginan bank salurkan kredit terus naik. Ketiga, inisiatif dari pemerintah dan regulator terus bergulir.

Baca juga: Makin Banyak Bank yang Tutup Kantor Cabang, Total Ada 11.290 yang Sudah Tak Beroperasi

Misalnya, pemerintah melalui kredit usaha rakyat (KUR), subsidi bunga.

BI memberikan kasih insentif 46 sektor prioritas dan UMKM, bisa pelonggaran GWM turun sampai 1,5% per 1 September mendatang. Lalu dari OJK masih berlaku insentif restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

“Dari sisi permintaan, kami kinerja korporasi dan rumah tangga. Sebagian besar korporasi itu itu sudah jauh membaik, korporasi penjualannya cukup tinggi.

Bahkan ada rencana peningkatan belanja modal terus naik.

Walau masih ada sektor yang baru tumbuh yg dipengaruhi mobilitas seperti perhotelan dan transportasi, tapi sektor lain seperti ekspor, makanan dan minuman, dan perdagangan sudah cukup membaik. Begitupun permintaan kredit UMKM terus meningkat,” jelasnya.

Ia mengaku dari permintaan dan penawaran ini masih tinggi. Ini pulalah yang mendorong kredit perbankan naik 10,71% per Juli 2022.

Pertumbuhan ini terjadi seluruh jenis investasi, modal kerja, dan konsumsi dan hampir seluruh sektor.

BI pun mengerek target kredit perbankan jadi lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal tahun menjadi 9% hingga 11%.

Semula, bank sentral memasang outlook pertumbuhan kredit tumbuh 6% hingga 8% di sepanjang 2022. (Kontan/Maizal Walfajri/Noverius Laoli)

Sumber: Kontan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini