News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pertumbuhan Ekonomi Merosot, Pemerintah China Suntikan 1 Triliun Yuan untuk Stabilkan Krisis

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di sebuah pasar segar di Shanghai, China. Melambatnya laju ekonomi di China imbas kemerosotan industri properti disertai pengekangan aktivitas bisnis akibat penguncian Covid-19, memaksa pemerintah setempat untuk kembali meningkatkan stimulus ekonominya dengan menyuntikan insentif 1 triliun yuan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Melambatnya laju ekonomi di China imbas kemerosotan industri properti disertai pengekangan aktivitas bisnis akibat penguncian Covid-19, memaksa pemerintah setempat untuk kembali meningkatkan stimulus ekonominya dengan menyuntikan insentif 1 triliun yuan.

Pendanaan ini nantinya akan difokuskan China pada layanan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan pasar properti yang sempat anjlok selama penguncian Covid-19.

Bahkan imbas dari kemerosotan ini prospek ekonomi China dipatok lebih suram dari tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga: Imbas Ketegangan Amerika dan China, Apple Berencana Pindahkan Produksi Iphone 14 ke India

“Langkah-langkah terbaru dapat membantu mengimbangi kontraksi tajam dalam pendapatan pemerintah dan mendukung pertumbuhan investasi infrastruktur sampai tingkat tertentu," kata Maggie Wei, ekonom asal China seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (25/8/2022).

Kebijakan Covid Zero yang dilakukan pemerintah China selama beberapa bulan terakhir telah membuat permintaan domestik negeri tirai bambu ini melambat di tengah melesatnya laju inflasi, munculnya ancaman krisis tersebut juga membuat Goldman Sachs pada Rabu (24/8/2022) kemarin menurunkan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dari 3,3 persen menjadi 3 persen.

Proyeksi tersebut merosot jauh dari perkiraan awal para pejabat China dimana mereka mematok  PDB Beijing di level 5,5 persen.

Munculnya tekanan ini lantas membuat pemerintah khawatir apabila ekonomi di China akan semakin mengalami kemerosotan.

Sejumlah cara kini mulai dilakukan para dewan negara serta kabinet China guna memacu pertumbuhan ekonomi Beijing para dewan negara serta kabinet China, salah satunya dengan menguraikan paket 19 poin kebijakan.

Rancangan stimulus ini dirilis usai pakar keuangan dunia Goldman Sachs menurunkan proyeksi PDB China.

Baca juga: China Pangkas Suku Bunga Pinjaman untuk Hidupkan Kembali Ekonomi yang Tersendat

Dengan paket stimulus tersebut rencananya 300 miliar yuan akan dialokasikan negara untuk mendukung pembangunan proyek infrastruktur China, sementara 500 miliar yuan dari dana obligasi akan diberikan pada pemerintah daerah dan 10 miliar yuan lainnya akan ditawarkan ke sektor pertanian.

Bersamaan dengan penyuntikan insentif paket 19, bank sentral China diketahui juga turut menambahkan bantuan 1,9 triliun yuan untuk para pelaku usaha kecil, mengalokasikan 1,1 triliun yuan untuk proyek infrastruktur. Serta memperlonggar kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga 10 basis poin pada minggu lalu.

Sayangnya semua dukungan ini masih dianggap kurang melawan kemerosotan ekonomi di pasar properti akibat penguncian Covid-19. Meski pendanaan tersebut telah mengangkat naik imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun hingga melonjak 1 basis poin menjadi 2,6 persen serta mengerek Indeks CSI 300 China naik sebanyak 0,6 persen pada perdagangan Kamis (25/8/2022).

Namun menurut Ekonom Goldman Sachs Group Inc, penyuntikan insentif yang dilakukan pemerintah China tidak akan cukup untuk mengangkat tingkat pertumbuhan ekonomi Beijing yang telah terperosok jatuh.

Bloomberg mencatat hingga sejauh ini setidaknya pemerintah China telah menggelontorkan 3,65 triliun yuan, membengkak dari target pembiayaan awal yang telah ditetapkan bank sentral.

Untuk mencegah terjadinya pembengkakan serupa imbas krisis energi yang dipicu oleh kekeringan, pemerintah China diketahui mulai menjual obligasi perusahaan pembangkit listrik milik negara senilai 200 miliar yuan.

Baca juga: Inflasi Mengancam, Bank Sentral China dan Turki Justru Kompak Turunkan Suku Bunga Acuan

Langkah ini diambil guna mencegah terjadinya lonjakan harga energi dengan begini  para pengembangan bisnis swasta dan perusahaan platform dapat menjalankan bisnisnya seperti semula.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini