TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Usai melonjak ke level tertinggi, harga minyak mentah berjangka pada perdagangan internasional baik Brent atau West Texas Intermediate (WTI) kembali mencatatkan penurunan.
Harga minyak mentah berjangka jenis Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk pengiriman Oktober turun 81 sen, atau 0,7 persen, menjadi 104,28 dolar AS per barel pada Selasa (30/8/2022) 0359 GMT.
Penurunan tersebut jadi yang terendah yang dialami Brent selama minggu ini, setelah sebelumnya minyak Brent mengalami kenaikan terbesar hingga menyentuh 4,1 persen pada Senin (30/8/2022).
Menyusul degradasi Brent, harga minyak mentah WTI di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Oktober juga ikut terkoreksi, hingga nilainya turun 33 sen, atau 0,3 persen menjadi 96,68 dolar AS per barel, usai naik 4,2 persen di sesi sebelumnya.
Amblesnya harga minyak pada perdagangan hari ini terjadi setelah inflasi di sejumlah wilayah menyentuh angka dua digit, kekhawatiran ini lantas membuat bank sentral asal Amerika dan Eropa terpaksa mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga ke level tertinggi.
Munculnya risalah kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed di tengah perlambatan ekonomi atau resesi, telah mendorong gejolak pada pasar global hingga membuat investor mulai mengurangi permintaan bahan bakar.
Tekanan tersebut yang kemudian memicu amblesnya harga minyak mentah selama perdagangan hari ini
Baca juga: Harga Minyak Mentah Mengalami Tekanan, Sepekan Anjlok 1,5 Persen di Tengah Ancaman Resesi
“Mengantisipasi risiko inflasi Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga.” kata analis dari Haitong Futures, dilansir dari Channel News Asia.
Selain ancaman inflasi, adanya pemangkasan jumlah ekspor minyak yang dilakukan Iran selaku produsen minyak terbesar di Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC+) pada pekan lalu, juga menjadi pendorong anjloknya harga minyak mentah.
Baca juga: Harga Minyak Turun Menyusul Pengumuman Aramco Bakal Tingkatkan Produksi Minyak Mentah
Diperkirakan penurunan harga minyak akan terus terjadi mengingat saat ini pasar minyak tengah menantikan perilisan data persediaan dari kilang minyak American Petroleum Institute yang dilakukan Departemen Energi AS pada Rabu (31/8/2022).