Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi mengakui penertiban kawasan pelabuhan bukan pekerjaan mudah.
Ira sampai harus dikawal orang bersenjata dalam misinya menciptakan pelabuhan yang tertib dan beradab.
"Ada masa-masanya saya beberapa bulan harus dikawal orang yang bersenjata karena ada beberapa ancaman," katanya saat wawancara eksklusif di kantor Tribun Network, Jakarta, Rabu (31/8/2022).
Dia juga sampai harus tidak tidur selama 1x27 jam karena mengurusi tingginya arus transportasi di peak season.
Baca juga: Melalui Digitalisasi, Bos ASDP Sulap Wajah Pelabuhan Penyeberangan Jadi Lebih ‘Beradab’
Bagi Ira, lebih dari 24 jam tidak istirahat membuat detak jantungnya berdebar-debar kencang.
"Saya kira Tuhan sudah berkehendak, saya masuk pas lagi sumpek-sumpeknya. Karena hajatan itu natal dan tahun baru menjadi puncak kesibukan berlanjut lebaran," tuturnya.
Pada 2019, kata Ira, masa paling terburuk yakni antrean lebaran di Merak mencapai rekor tertinggi saat itu sampai 26 kilometer.
Mulai saat itu pula ASDP melakukan intervensi bahwa tidak boleh lagi pembayaran cash.
Ira mengatakan, sistem pembayaran cash membuat penyeberangan Merak-Bakauheni rawan tindakan penyelewengan korupsi
“Itu dalam sehari bisa mencapai Rp5-8 Miliar. Walaupun kita orang baik rasanya ngeliat seperti itu rasanya ngeri. Sebagai pimpinan tentu dosa rasanya mendiamkan hal itu,” ucap Ira.
“Akhirnya kita putuskan cashless. Sekarang mulai dengan yang kita sebut Ferizy sistemnya sejak 2020 di Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk itu adalah trafik tertinggi seluruh Indonesia yang kita berlakukan harus reservasi online,” sambungnya.