Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL – Usai kehilangan pamornya, mata uang Euro kembali bangkit dan mencatatkan kenaikan nilai dengan bull sebesar 1,0130 terhadap dolar AS di awal perdagangan Asia, pada Senin (12/9/2022).
Angka ini melonjak drastis apabila dibandingkan dengan nilai Euro selama tiga minggu terakhir, dimana saat itu Euro terus mengalami pelemahan nilai hingga mengantarkan Eropa masuk dalam jurang resesi sebagai imbas dari adanya lonjakan harga gas dan minyak mentah.
Namun kondisi tersebut berbanding terbalik setelah Gubernur European Central Bank (ECB) Christine Lagarde memberikan isyarat hawkish dengan terus mengerek naik suku bunga acuan sebesar 75 basis poin di sepanjang bulan September ini, demi mengekang rekor inflasi zona euro hingga landai di level 2 persen.
Baca juga: Profil Christian Eriksen, Gelandang Serang MU yang Pernah Alami Serangan Jantung saat Euro 2021
Laju inflasi Eropa yang telah tembus ke level 9,1 persen pada bulan Agustus lalu, memaksa ECB untuk terus memperketat kebijakan moneternya agar dapat menjauhkan negara – negara di Eropa dari ancaman resesi.
Sikap agresif inilah yang kemudian membuat nilai Euro melesat naik dan menjadi aset paling safe haven di Eropa.
Tak hanya Euro,mengutip Reuters mata uang Starling Poundsterling juga turut terkerek naik dimana mata uang persemakmuran Inggris naik 1,1681 dolar AS pada awal perdagangan pagi ini.
Unggul 0,24 persen apabila dibandingkan dengan nilai Pound pada sesi sebelumnya yang hanya dipatok 1,1611 dolar AS.
Berbanding terbalik dengan kedua mata uang ini, dolar justru terlihat datar di level 142,71 yen, setelah empat hari berturut-turut mundur dari puncak tertingginya sejak 24 tahun silam.
Pelemahan dolar terjadi karena benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun mengalami penurunan nilai sekitar 3,315 persen pada perdagangan Tokyo.
Kondisi ini makin diperparah dengan adanya ketegangan pasar menjelang perilisan laporan IHK AS.
Ditempat lain, Yen Jepang yang sensitif terhadap imbal hasil Treasury jangka panjang AS perlahan mulai menemukan pijakannya di level pertengahan 142 per dolar, sementara dolar Australia terpantau turun tipis 0,04 persen menjadi 0,6844 terhadap dolar AS, dan kiwi Selandia Baru bertambah 0,11 persen menjadi 0,6110 terhadap dolar AS.