Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peringatan The Fed, Bank Dunia, dan International Monetary Fund (IMF) tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan potensi resesi global akan menjadi sentimen negatif pasar keuangan pekan ini.
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menaikkan kembali suku bunga 75 basis poin (bps), menyusul data indeks harga konsumen dan indeks harga produksi yang masih tinggi meskipun dalam tren penurunan.
"Data penjualan ritel yang meningkat dan klaim pengangguran menurun memberikan ruang lebih lebar bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya. Sementara, inflasi dalam negeri yang akan mulai terus meningkat sesudah kenaikan BBM subsidi, serta potensi terjadi penurunan daya beli masyarakat akan menjadi sentimen pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," ujar Hans dalam risetnya, Senin (19/9/2022).
Baca juga: Tiga Indeks Sektoral Katrol IHSG Naik 0,11 Persen ke Level 7.176 di Senin Siang
Hans Kwee memprediksi IHSG konsolidasi melemah pekan ini dengan support di level 7.021 hingga 7.147 dan resistance di level 7.250 sampai level 7.377.
Kendati demikian, Hans mengingatkan bahwa neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada bulan Agustus 2022.
Badan Pusat Statisik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang pada bulan Agustus 2022 sebesar 5,76 miliar dolar AS.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus 2022 ini melebihi ekspektasi di 4 miliar dolar AS dan data sebelumya sebelumnya 4.22 miliar dolar AS," kata Nico.
Lebih rinci, nilai ekspor mencapai 27,91 miliar dolar AS dan impor 22,15 miliar dolar AS, di mana nilai neraca perdagangan non-migas tercatat surplus 7,74 miliar dolar AS.
Hans menambahkan, komoditas penyumbang utama yaitu bahan bakar mineral, besi dan baja, lemak, dan minyak hewan nabati.
Baca juga: IHSG Jatuh Setelah Capai Level Tertinggi, Sampai Kapan?
Sedangkan, neraca perdagangan migas tercatat mengalami defisit 1,98 miliar dolar AS dengan komoditas utama penyumbang defisit yaitu minyak mentah, hasil minyak, serta gas.
"Dengan surplus neraca perdagangan pada bulan Agustus 2022 ini, mengantarkan Indonesia untuk mencetak surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Secara kualitatif neraca perdagangan pada Januari hingga Agustus 2022 mengalami surplus 34,92 miliar dolar AS atau tumbuh 68,6 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu," pungkasnya.