News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Minyak Naik di Tengah Kekhawatiran Penurunan Permintaan dan Kenaikan Suku Bunga

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lapangan minyak Khurais di Arab Saudi. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk November naik 65 sen atau 0,7 sen menjadi 92 dolar AS per barel.


Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, HOUSTON - Harga minyak mentah di pasar internasional naik tipis dalam perdagangan yang fluktuatif pada hari Senin (19/9/2022) kemarin, di tengah kekhawatiran penurunan permintaan global akibat penguatan dolar AS dan kemungkinan kenaikan suku bunga.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk November naik 65 sen atau 0,7 sen, menjadi 92 dolar AS per barel.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Oktober naik 62 sen atau 0,7 persen menjadi 85,73 dolar AS per barel.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, gagal mencapai target produksi minyaknya sebesar 3,583 juta barel per hari (bph) pada bulan Agustus, menurut dokumen internal kelompok tersebut.

Pada bulan Juli lalu, produksi minyak OPEC+ juga meleset dari targetnya sebesar 2,892 juta barel per hari.

"Survei produksi OPEC+ yang jauh di bawah kuota mereka untuk Agustus membuat pasar merasa bahwa mereka sama sekali tidak dapat meningkatkan produksi mereka jika permintaan pasar," kata presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.

Baca juga: Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga

Bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang tinggi, dan ada beberapa prediksi bahwa Federal Reserve AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga hingga 1 poin presentase penuh.

Banyak trader di pasar bahan bakar menunggumu hasil pertemuan The Fed minggu ini, kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di perusahaan jasa keuangan BOK Financial.

Sementara hari libur umum di Inggris untuk pemakaman Ratu Elizabeth II telah membatasi volume perdagangan di negara tersebut pada Senin kemarin.

Namun minyak juga berada di bawah tekanan dari harapan meredanya krisis pasokan gas di Eropa.

Baca juga: Harga Minyak Kembali Naik di Tengah Kekhawatiran Ketatnya Pasokan

Harga minyak mentah telah melonjak tahun ini, dengan Brent mendekati rekor tertingginya 147 dolar AS, pada bulan Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina memperburuk kekhawatiran pasokan bahan bakar.

Namun kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global yang lebih lemah dan penurunan permintaan minyak telah mendorong harga minyak menjadi lebih rendah.

Dolar AS bertahan di dekat level tertinggi dua dekade menjelang keputusan The Fed dan bank sentral lainnya minggu ini.

Nilai dolar AS yang kuat membuat komoditas berdenominasi dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung membebani minyak serta aset berisiko lainnya.

Pasar bahan bakar telah tertekan dengan perkiraan penurunan permintaan, seperti prediksi Badan Energi Internasional pada pekan lalu yang menyebut adanya pertumbuhan nol pada permintaan bahan bakar di kuartal keempat tahun ini.

"Pasar masih memiliki awal sanksi Eropa terhadap minyak Rusia yang menggantung di atasnya. Karena pasokan terganggu pada awal Desember, pasar tidak mungkin melihat respons cepat dari produsen AS," kata analis di perusahaan jasa keuangan ANZ.

Namun pelonggaran pembatasan Covid-19 di China, konsumen energi terbesar kedua di dunia, telah mendorong optimisme akan naiknya permintaan pasokan bahan bakar, kata para analis.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini