Selain belajar membuat kue dengan rasa yang lebih enak dan tampilan yang lebih menarik di Dapur Ibu Bersama, Vari juga menerima bantuan bahan kue berupa produk SKM FRISIAN FLAG® dan bantuan pengembangan usaha. Ia pun mendapatkan berbagai pengetahuan baru dari para ahli, termasuk soal fotografi kuliner (food photography) agar tampilan kue-kuenya menarik minat pelanggan.
Setelah mendapatkan beberapa program pembinaan dan bantuan produk dari Frisian Flag Indonesia, Vari pun mulai menjajal resep-resep baru. Beberapa menu baru yang dihadirkannya meliputi pie buah, pie susu, kentang mustofa, dan sosis solo.
Ia mengungkapkan bahwa pada saat Ramadan dan Idulfitri lalu, penjualannya makin meningkat dengan kue-kue yang lebih variatif dan menarik.
“Saya tidak menyangka malah bisa memberikan bingkisan kepada orang lain waktu lebaran, di samping dapat ilmu untuk mengatasi kekurangan saya dan akhirnya dapat rezeki dan bantuan tambahan modal, Alhamdulilah,” ucap sosok ibu tunggal ini.
Ke depannya, Vari berharap bisa mendirikan toko kue sendiri. Ia juga berpesan kepada ibu-ibu tunggal yang berniat berusaha untuk tidak berputus asa dan tetap bersedekah agar rezeki terus mengalir.
“Jangan takut untuk memberi, karena kita akan mendapat rezeki dari Allah SWT. Rezeki itu tidak harus berupa materi, tapi kesehatan, teman-teman, perkumpulan yang baik, kesempatan mengikuti suatu kegiatan positif seperti DIB ini juga merupakan rezeki,” pungkasnya.
Wujudkan cita-cita ikut kelas memasak berkat susu kental manis
Kisah ibu tunggal yang berhasil capai kemandirian finansial juga datang dari Aida Damayanti, seorang pelaku UMKM perempuan asal Bekasi.
Aida harus menjadi tulang punggung keluarga saat suaminya wafat Oktober tahun lalu. Dengan dua anaknya yang masih duduk di bangku SD, ia memang sudah mulai berjualan sejak saat masih menjadi pekerja kantoran. Barang-barang yang dijualnya bisa berupa apa saja, dari kambing kurban sampai pakaian dan aneka masakan.
Setelah mengikuti program Dapur Ibu Bersama, Aida mulai mencoba membuat dan memasarkan aneka kue seperti pie buah, kentang mustofa, dan pie susu. Dari berbagai jenis kue yang ia tawarkan, pie susu menjadi menu yang mendapat sambutan paling positif. Menurut Aida, hampir setiap hari ia menerima orderan untuk pie susu buatannya.
Banjirnya pesanan membuat Aida bisa perlahan mandiri secara finansial. Saat ini, ia lanjut mendagangkan kue buatannya dengan sistem pre-order sambil antar jemput dan mendampingi anak-anaknya belajar.
“Prioritas saya tetap anak-anak, karena kurikulum saat ini tidak mudah. Untuk penjualan saya hanya sistem buka PO, kumpulkan pesanan terlebih dulu atau kalau ada pemesanan dadakan, saya minta waktu H-1,” ujarnya.
Ia pun berkata bahwa selama ini ia selalu bermimpi untuk ikut kelas memasak, namun terasa mahal jika diusahakan sendiri. Karena itu, pengalamannya mengikuti Program Dapur Ibu Bersama adalah cita-cita yang kesampaian.
“Saya senang karena cita-cita saya ikut kelas memasak jadi kesampaian, saya merasa skill bertambah, dan menambah pengetahuan mengenai proses berjualan, sanitasi, dan produk yang sesuai Badan POM, banyak ilmu yang kalau kita beli di luar, itu mahal,” tutur Aida.