TRIBUNNEWS.COM - Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan perilaku masyarakat menjadi serba praktis, serba digital.
Kini muncul alat-alat dan metode pembayaran baru yang dapat memenuhi tuntutan perubahan perilaku tersebut, diantaranya dompet digital dan uang elektronik.
Namun, di samping kemudahannya untuk bertransaksi, uang elektronik juga menyimpan risiko. Maka dari itu, diperlukan literasi yang baik agar pengguna dapat bijak dalam bertransaksi digital.
Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema “Mudahnya Transaksi Digital dengan Uang Elektronik” di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (29/9/2022).
Baca juga: Tumbuh 35 Persen, Nilai Transaksi Uang Elektronik Tembus Rp 32 Triliun pada Mei 2022
Hadir sebagai narasumber adalah Relawan TIK Wilayah Kalimantan Selatan Azmi Irfala, pengurus Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Yusnaini, dan Tanzela Azizi selaku instruktur di Edukasi 4ID sekaligus Relawan TIK.
Dalam webinar tersebut, Azmi Irfala membawakan materi budaya digital dengan tema ‘Algoritma Media Sosial dan Cara Kerjanya’. Seiring dengan masifnya penggunaan teknologi finansial (tekfin), lembaga keuangan konvensional seperti perbankan kini juga mulai mengembangkan layanan digital.
Keberadaan uang elektronik sangat bermanfaat bagi masyarakat, seperti memudahkan pembayaran jarak jauh, membawa uang tunai secukupnya saja, menghemat waktu pembayaran, dan bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan.
Bagi pebisnis, uang elektronik bermanfaat membuat transaksi lebih cepat, transaksi tercatat secara lengkap, tersedia kerjasama promosi, dan tidak pusing masalah kembalian.
“Mengutip Sudono Salim, uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang. Nah, karena kita yang menciptakan uang buatlah uang itu seefektif dan seefisien mungkin untuk digunakan hal-hal bermanfaat,” kata Azmi.
Terkait kecakapan digital, Yusnaini menyampaikan materi dengan judul ‘Aman Bertransaksi Uang Elektronik’. Seiring kemajuan teknologi, generasi sekarang makin ramah internet.
Dari sini diperlukan kecakapan digital. Individu yang cakap digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak, dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, loka pasar, dan transaksi digital. Uang elektronik berbeda dari dompet digital.
Uang elektronik berbasis chip dan bentuknya kartu. Sedangkan dompet digital berbasis server, bisa digunakan dengan mengunduh aplikasi.
Tips aman bertransaksi dengan dompet digital yakni, jangan gunakan wifi publik, belanja daring dari situs terpercaya, jangan berikan kata sandi atau OTP kepada siapapun, isi saldo sesuai kebutuhan, aktifkan 2FA, gunakan autentikasi biometrik.
“Tips aman transaksi uang elektronik yakni hindari pemindahtanganan kartu, simpan dengan baik fisik uang elektronik, isi saldo sesuai kebutuhan,” jelas Yusnaini.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Sebut Fungsi Uang Elektronik Kian Luas, Tak Cuma untuk Bayar Tol
Pada sesi terakhir, Tanzela Azizi menerangkan materi budaya digital dengan tema ‘Do and Dont’s Melakukan Transaksi Digital: Budaya Bermedia Digital’. Tren pengguna internet di Indonesia terus meningkat.
Alat pembayaran digital pun terus berkembang mengikuti perubahan perilaku masyarakat yang serba daring, mulai dari belanja daring, bayar tol atau parkir, makan di luar rumah, belanja di merchant, membayar tagihan, dan transfer.
Transaksi pun berubah menjadi transaksi digital. Di sisi lain, ada isu kepercayaan dalam transaksi digital atau belanja daring. Lantas bagaimana transaksi digital aman dan nyaman?
“Jaga kerahasiaan data, terapkan 2FA, gunakan email khusus, bijaksana respons komunikasi pihak ketiga, lakukan pengecekan berlapis saat hendak transaksi, ubah kata sandi berkala, bijak menggunakan kartu kredit, dan pilih aplikasi atau platform tepercaya,” kata Tanzela.