TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai daerah didorong untuk naik kelas.
Satu di antaranya, UMKM pandai besi di Desa Pasir Wetan, Purwokerto, Banyumas yang didampingi Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
Koordinator YDBA Banyumas Eko Wandiro mengatakan, UMKM pandai besi yang memproduksi alat-alat pertanian dan peralatan rumah tangga tradisional itu kini makin diperkuat.
Sejumlah pelatihan dan pendampingan diberikan secara intensif untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya, termasuk produknya.
Baca juga: Penguatan UMKM Diharapkan Bisa Meningkatkan Stabilitas Ekonomi di Tengah Ancaman Resesi
“Kami ingin UMKM pandai besi naik kelas, baik dari sisi kompetensi dan produk yang dihasilkan. Contohnya, mereka yang sejak dulu menjual produknya hanya ke tengkulak, kini variasi produknya bertambah, bisa dipasarkan ke kalangan chef profesional,” katanya yang dikutip dari TribunJateng, Rabu (12/10/2022).
Menurutnya, di Desa Pasir Wetan itu, UMKM yang digandeng adalah kelompok perajin pandai besi bernama Gayeng Ruyeng. Saat ini, jumlah anggotanya sebanyak 20 perajin.
Para perajin pandai besi ini mengolah bilah-bilah sisa besi dan baja menjadi berbagai ragam alat pertanian, pertukangan, dan juga berbagai jenis pisau. Usaha itu sudah turun temurun dari sejak puluhan tahun silam.
Eko memaparkan, sejak awal 2020, YDBA terjun mendampingi mereka dan menggandeng banyak pihak.
YDBA berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait yang berkomitmen mengembangkan produk pisau UMKM Gayeng Ruyeng hingga memiliki standar QCD atau quality, cost, and delivery.
Eko menambahkan, pihaknya memberi pelatihan rutin seperti mentalitas dasar, prinsip manufaktur 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) yang diterapkan juga di Astra, pembukuan sederhana, pengetahuan bahan material, dan sejumlah pelatihan teknis lainnya. Termasuk pendampingan UMKM dalam hal pemasaran.
“Saat ini UMKM pandai besi sedang berupaya menghasilkan pisau sesuai standar chef internasional. Sejumlah tahapan sudah dilewati, termasuk menemukan bahan yang cocok dengan bantuan laboratorium dari Astra Otoparts. Kini masih dalam tahap uji, termasuk pengujian di kalangan ICA (Indonesian Chef Association). Kami harap ini berhasil dan dapat diterima,” tutur Eko.
Jika pisau itu sukses, tentunya akan mengangkat UMKM pandai besi naik kelas, karena bisa menghasilkan produk standar internasional. Pisau buatan UMKM Pandai Besi Banyumas itu juga tengah dikirim ke Swedia untuk mendapat kajian.
Ketua Gayeng Ruyeng Mukhlis mengakui, kehadiran YDBA banyak mengubah mindset dan pola kerja para perajin di Pasir Wetan.
Semula ia menghasilkan 20 golok per hari, kini dengan kondisi kerja yang nyaman, Mukhlis bisa menghasilkan 30 golok. Perajin lainnya juga mengalami hal sama.
Peningkatan produktivitas itu juga berpengaruh pada peningkatan omzet kelompok Gayeng Ruyeng. Berdasarkan data YDBA, sepanjang tahun 2021, omzet kelompok Gayeng Ruyeng mencapai Rp 967 juta. Tahun ini meningkat cukup tinggi.
Sepanjang Januari hingga Agustus 2022, omzet sudah mencapai Rp1,09 miliar.
Mukhlis melanjutkan, proses kerja berubah. Sebelumnya hanya mengenal besi per dan besi pelat biasa, kini pengetahuannya bertambah dengan bahan baku varian baja modern. Belum lagi dari pelaporan keuangan yang semakin rapi.
Baca juga: Kredit Pembiayaan UMKM OJK, Wakil Ketua MPR: Langkah strategis dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
“Kami harap, produk kami semakin baik, dan bisa ekspor, tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jadi kami bisa menikmati penghasilan yang meningkat,” kata Mukhlis.
Sementara itu pada kesempatan terpisah, Chief Executive YDBA Sigit Kumala mengatakan, YDBA memastikan akan terus membina dan memperkuat pelaku UMKM agar bisa mandiri, bahkan mampu go global. Hal itu dilakukan sebagai misi YDBA ikut mensejahterakan masyarakat.
Upaya YDBA mensejahterakan masyarakat lewat pendampingan kepada UMKM lokal di berbagai daerah di Tanah Air. Pendampingan itu dilakukan dengan filosofi “Berikan Kail Bukan Ikan.”
Sigit menjelaskan, sejak 1980 hingga saat ini, YDBA sudah membina sekitar 12.000 UMKM. Dari ribuan UMKM itu, sebagian besar sudah mandiri. Saat ini, tinggal sekitar 2.100 UMKM yang aktif didampingi YDBA. (Idayatul Rohmah/TribunJateng)