Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Inflasi Inggris pada September dilaporkan melonjak sebanyak 10,1 Persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melesat drastis bila dibandingkan dengan data inflasi di bulan sebelumnya yang hanya sebesar 9,9 persen yoy.
Kenaikan ini bahkan jadi yang terbesar sejak 40 tahun terakhir, menurut laporan yang dirilis Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) lonjakan indeks harga konsumen (CPI) di negaranya mulai terjadi karena imbas dari meroketnya harga pangan, akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Al Jazeera mencatat lonjakan harga pangan di Inggris telah naik 14,5 persen dari tahun sebelumnya. Sementara harga makanan dan minuman non-alkohol pada September merangkak jadi 14,5 persen.
Baca juga: Inflasi Melanda Australia, Ratusan Ribu Warga Mengalami Krisis Pangan
Angka tersebut jadi lompatan terbesar di Inggris sejak April 1980, kondisi ini yang kemudian mendorong terjadinya pembengkakan anggaran rumah tangga hingga mengerek naik laju Inflasi di Inggris menuju puncak tertinggi.
Bahkan indek inflasi ini telah melesat jauh diatas target 2 persen Bank of England. Tekanan tersebut bahkan meningkatkan tekanan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan secara signifikan di pertemuan bulan depan.
Untuk mencegah anjloknya ekonomi Inggris, rencananya perdana Menteri Lizz Truss beserta Menteri keuangan Inggris yang baru yakni Jeremy Hunt akan memangkas biaya pajak dan menyalurkan dana tersebut untuk mendorong perekonomian negara, dengan memberikan bantuan pada masyarakat Inggris yang membutuhkan.
"Saya mengerti bahwa keluarga di seluruh negeri sedang berjuang dengan kenaikan harga dan tagihan energi yang lebih tinggi. tekanan ini mendorong pemerintah menyalurkan bantuan untuk yang paling rentan sambil memberikan stabilitas ekonomi yang lebih luas,” jelas juru bicara ONS.