Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Krisis ekonomi yang mengintai Beijing, belakangan memicu sentimen negatif hingga pinjaman kredit perbankan China di bulan Juli mengalami penurunan tajam, jadi yang terendah sejak 14 tahun terakhir tepatnya pada Juli 2009.
Menurut data yang dirilis Bank sentral China (PBOC), pinjaman baru selama bulan Juli 2023 hanya membukukan kenaikan 345,9 miliar yuan.
Berbanding jauh dengan perkiraan ekonom Bloomberg yang menargetkan pinjaman di kisaran 780 miliar yuan.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Merosot 1,5 Persen Lebih di Tengah Kekhawatiran Melemahnya Ekonomi China
Penurunan tersebut terjadi usai ekonomi China dilanda krisis di tengah lonjakan utang pemerintah yang telah mencapai 123 triliun yuan, serta kenaikan angka pengangguran dikisaran 21,3 persen. Serangkaian tekanan itu yang membuat bank sentral China mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga.
Namun pasca pengetatan dilakukan, suku bunga di perbankan lokal naik, hingga bunga dana pinjaman melesat ke level tertinggi di tengah naiknya inflasi.
Ancaman ini yang mendorong investor untuk menunda penawaran kredit yang ditawarkan bank – bank lokal China. Tak hanya itu akibat ancaman krisis ekonomi, daya minat belanja masyarakat China perlahan mulai mengalami penurunan.
Bahkan indeks harga konsumen (IHK) China anjlok sebesar 0,3 persen, sementara Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) mengalami deflasi 4,4 persen (yoy).
“Permintaan kredit oleh perusahaan-perusahaan swasta dan rumah tangga menjadi lesu setelah lonjakan singkat di bulan Juni karena lemahnya kepercayaan diri terus menghambat investasi dan pembelian rumah,” jelas Ekonom China Bloomberg David Qu.
China Siap Tarik Investasi Asing
Khawatir ancaman ini kian memicu deflasi, pemerintah Xi Jinping kini mulai memberlakukan berbagai aturan baru, termasuk pelonggaran aturan investasi serta pengajuan visa dan izin.
Cara ini sengaja dirilis guna menarik investasi asing dan meningkatkan lingkungan bisnis, dengan begitu perekonomi China bisa terhindar dari kontraksi dan ancaman deflasi.
“Perekonomian membutuhkan lebih banyak dukungan. Kami melihat pemerintah China mengirimkannya pada kuartal III 2023 akan lebih banyak meminjamkan uang tunai dan memangkas biaya pinjaman untuk menyelamatkan perekonomian negara” tulis analis ekonom Bloomberg.