Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) lewat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memastikan stok beras aman hingga akhir 2022.
"Alhamdulilah berdasarkan metode kerangka sampel area oleh BPS, produksi padi tahun ini diperkirakan 55,67 juta ton Gabah Kering Giling (GKG)," ucap Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Rabu(19/10/2022).
Menurut Suwandi, keberhasilan ini tidak lepas dari upaya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk tampil all out dalam menjaga swasembada beras yang telah diraih.
Peningkatan produksi beras tahun ini, jelas Suwandi, berkat penerapan aneka program terobosan.
Baca juga: Harga Beras Naik, Menteri Pertanian Sebut Karena Kenaikan Tarif Logistrik, Jokowi Minta Intervensi
Yakni peningkatan indek pertanaman, perluasan areal tanam baru di lahan kering, peningkatan produktivitas, penggunaan benih unggul, dan menggerakan pupuk alami.
Sementara itu perkiraan produksi beras tahun 2022 sebesar 32,07 juta ton diyakini bakal tercapai.
Salah satu faktor yang menopang kenaikan produksi adalah luas tanam di Indonesia yang kian bertambah.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) M Yadi Sofyan Noor mengatakan, penambahan luas tanam karena dua hal. Selain optimalisasi lahan, juga persiapan musim tanam yang lebih matang dari tahun 2021.
"Luas tanam bertambah bisa dua kali lipat. Adapun optimalisasi lahan meningkat, dari sebelumnya penanaman hanya dilakukan tiga kali setahun menjadi empat kali setahun," ujar Yadi.
Tak hanya itu, kata Yadi, persiapan musim tanam tahun ini juga lebih bagus ketimbang tahun lalu. "Tahun kemarin bebannya berat. Nah, tahun ini sudah agak longgar-longgar," kata dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 17 Oktober 2022 lalu merilis data perkiraan produksi beras pada 2022 sebesar 32,07 juta ton.
Jumlah ini bertambah 718,03 ribu ton atau naik 2,29 persen dari produksi 2021 sebesar 31,36 juta ton. Kenaikan produksi itu disumbang oleh kenaikan luas panen.
Tahun ini luas panen diperkirakan mencapai 10,61 juta hektare. Luasan ini mencakup periode Oktober-Desember 2022 yang masih berupa potensi.
Luasan ini bertambah 194,71 ribu hektare atau naik 1,87% dibandingkan luas panen padi di 2021 yang sebesar 10,41 juta hektare.
Yadi Sofyan Noor yakin, di sisa tiga bulan tahun ini produksi beras tidak akan terganggu signifikan. Meski ia mengakui cuaca ekstrem menyapa menjelang akhir tahun.
Dalam prakiraan cuaca yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi cuaca ekstrem terjadi pada tanggal 15 Oktober hingga 21 Oktober 2022.
Baca juga: Harga Beras Naik, Menteri Perdagangan Diminta Presiden Jokowi Lakukan Stabilisasi Harga
"Yang harus dijaga adalah menyiasati musim. Petani harus dapat beradaptasi dengan cuaca. Salah satu antisipasinya, pemberian pupuk dan pestisida jangan sampai terlambat," pinta Yadi.
Untuk tahun depan, Yadi memperkirakan produksi beras masih akan mencatatkan surplus pada 3 bulan pertama dengan kisaran 1 juta hingga 2 juta ton. Kementerian Pertanian sendiri memprediksikan produksi padi tahun 2023 mencapai 54,5 juta ton gabah kering giling atau GKG.
"Artinya dengan pelajaran tahun ini, kita akan lebih siap tahun depan. Intinya kalau menjaga luas panen, kita maksimalkan sarana produksi yang lebih masif, termasuk alsintan (alat dan mesin pertanian)," kata Yadi.