News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Resesi Ekonomi

Ada Ancaman Resesi, Sri Mulyani Siapkan Strategi, DPR: Jangan Ceroboh, Nanti Rakyat yang Menderita

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi resesi. Pemeritah diminta segera menyiapkan kebijakan yang tepat dalam melindungi seluruh masyarakat dari ancaman resesi ekonomi dunia pada 2023.

Menurut Sri Mulyani penting menjaga daya beli masyarakat tetap tinggi ketika perekonomian global mengancam.

Di sisi lain, dia memastikan belanja pemerintah akan selektif karena adanya exposure pengetatan likuiditas serta kenaikan dolar AS.

Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah yang akan mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 2023 kembali ke 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Jokowi: Patut Disyukuri di Tengah Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Positif

Risiko lain yang akan diwaspadai adalah tekanan inflasi. Menurutnya inflasi yang melonjak tinggi disebabkan karena adanya kenaikan harga komoditas, dan juga pelemahan rupiah yang akhirnya memicu kenaikan harga yang disebut imported inflation.

Kemudian, pemerintah juga akan terus mewaspadai geopolitik Rusia dan Ukraina yang tak berkesudahan, yang bisa menyebabkan gangguan suplai serta potensi moderasi harga komoditas dan pengetatan moneter yang agresif.

Genjot Konsumsi Domestik

Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengatakan menjaga permintaan domestik bisa menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap meningkat positif.

"Jadi selama permintaan domestiknya dijaga maka sebetulnya efek dari global itu bisa dimanage," ujar Chatib.

Untuk itu, Mantan Menteri Keuangan ini menyebut, pemberian bantuan sosial kepada rakyat miskin seperti dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) menjadi sangat penting.

Pasalnya masyarakat miskin yang menerima bantuan tersebut akan langsung membelanjakan uangnya sehingga perekonomian bisa berjalan. Hal ini mungkin berbeda dengan kelompok kaya yang akan menyimpan uangnya.

"Kalau anda berikan uang kepada kelompok kaya yang terjadi uangnya ditabung, tapi kalau kelompok miskin itu begitu dia dapat uang kan langsung beli makanan di warteg segala macam, kalau ada permintaan terhadap makanan di warteg atau UMKM maka aktivitas ekonominya akan jalan," ungkapnya.

Di sisi lain, Chatib mengatakan bahwa negara yang memiliki porsi pasar domestik yang besar akan relatif aman dari efek rambatan perlambatan ekonomi ataupun resesi global.

Sehingga negara seperti Singapura yang tidak memiliki pasar domestik yang luas maka diperkirakan akan mengalami resesi di tahun depan.

"Ini yang tidak terjadi di Singapura, Singapura ngak ada pasar domestik, orang negaranya sebesar Kebayoran, karena itu mereka sangat tergantung (ekspor) terlihat rasio dari ekspor PDB-nya itu 200 persen" pungkasnya.

(Tribunnew/Kontan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini