Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan rencana untuk menjual cadangan minyak darurat AS pada akhir tahun, untuk menekan harga bensin yang melambung tinggi.
Rencana tersebut datang menjelang pemilihan kongres yang akan diadakan bulan depan.
Melansir dari Reuters, Biden mengatakan 15 juta barel minyak akan ditawarkan dari Strategic Petroleum Reserve (SPR). Dia menambahkan, AS siap untuk memanfaatkan cadangan minyaknya awal tahun depan untuk mengendalikan harga.
“Kami menyebutnya sebagai rencana siap dan rilis. Ini memungkinkan kami bergerak cepat untuk mencegah lonjakan harga minyak dan menanggapi peristiwa internasional,” kata Biden saat menghadiri sebuah acara di Gedung Putih.
Baca juga: Anggota OPEC Plus Sepakat Dukung Pengurangan Produksi Minyak di Tengah Ketegangan AS-Arab Saudi
Pada November tahun lalu, pemerintah AS menjual 180 juta barel dari cadangan minyaknya. Namun pembelian dari perusahaan energi, termasuk Marathon Petroleum Corp, Exxon Mobil Corp dan Valero Energy Corp, lebih lambat dari yang diharapkan selama musim panas, dan menyisakan sekitar 15 juta barel.
Menurut seorang pejabat senior pemerintah AS mengungkapkan, penjualan 15 juta barel minyak dari SPR disiapkan untuk penawaran pengiriman di Desember.
Penggunaan cadangan minyak AS oleh Biden untuk meredam lonjakan harga minyak, menggarisbawahi bagaimana krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina telah mengubah kebijakan seorang presiden yang saat mulai menjabat berjanji akan memotong ketergantungan AS pada industri bahan bakar fosil.
Keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang dipimpin Arab Saudi untuk menyetujui pengurangan produksi juga membebani Gedung Putih, dan mendorong Biden untuk menyatakan hubungan AS-Arab Saudi "membutuhkan revaluasi".
"Dengan pengumuman saya hari ini, kami akan terus menstabilkan pasar dan menurunkan harga pada saat tindakan negara lain telah menyebabkan volatilitas seperti itu," kata Biden.
Biden menyalahkan invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina telah memicu kenaikan harga minyak mentah dan bensin.
Dia juga mengulangi permohonannya kepada perusahaan energi AS, pengecer bensin dan penyulingan, agar berhenti menggunakan keuntungan yang berlebih untuk membeli kembali saham, dan meminta mereka agar berinvestasi dalam produksi bahan bakar.
"Harga tidak jatuh cukup cepat. Keluarga terluka, dan harga bensin menekan anggaran mereka," tambahnya.
Baca juga: Ekonomi Melambat, OPEC Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Permintaan Minyak Tahun 2022 dan 2023
Presiden AS ini menghadapi kritik dari Partai Republik yang menuduhnya "memanfaatkan" SPR untuk alasan politik bukan karena keadaan darurat. Namun Biden mengaku, akan mengisi kembali cadangan minyak AS di tahun-tahun mendatang.
Dia mengatakan akan kembali mengisi persediaan ketika minyak mentah AS berada di sekitar 70 dolar AS per barel, harga yang dia katakan "masih memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan".
Sementara harga minyak mentah AS berada di sekitar 85 dolar AS pada perdagangan Rabu (19/10/2022).
Saat ini SPR berada di level terendah sejak 1984, mencapai sekitar 400 juta barel minyak, yang menurut Biden "lebih dari cukup untuk setiap penarikan darurat."