Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis satelit maritim di kawasan Asia Pasifik diproyeksikan tumbuh sebesar 11 persen pada periode 2021 hingga 2026 mendatang.
Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor seperti kenaikan trafik kapal di kawasan Asia Pasifik, perkembangan kebijakan keamanan maritim, serta penekanan keselamatan awak kapal serta aset yang tersebar di lintas laut.
Nabil Ben Soussia, Group CCO dan Presiden IEC Telecom Group untuk kawasan Asia, Timur Tengah, dan Persemakmuran Negara-negara Merdeka (PNM) mengatakan, pertumbuhan industri satelit maritim ini ditopang permintaan yang tinggi dari kapal-kapal yang ada di China, Jepang, Indonesia, dan India.
"Permintaan terhadap data dan analisis maritim diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pasar hingga 370 juta dolar AS di tahun 2028," kata Nabil Ben Soussia di ajang Inamarine 2022 di Jakarta belum lama ini.
Dia menjelaskan, pertumbuhan juga dipicu kesadaran bahwa teknologi digital saat ini telah menjadi sebuah keharusan sehingga bisa kompetitif.
"Saat ini perusahaan di Asia Pasifik memanfaatkan digitalisasi untuk penanganan kargo, rute kapal, operasi pelabuhan, penempatan kru, dan banyak lagi lainnya,” katanya.
Pihaknya menggandeng Blue C Mobile untuk penyediaan akses tanpa batas ke berbagai jenis penerapan bisnis segala jenis kapal dan telah didesain khusus untuk antena Ku-Band berukuran 60 cm bersamaan dengan jaringan L-band yang sudah dioptimalkan.
Baca juga: Elon Musk Tuding Rusia Berupaya Sabotase Satelit Starlink
Wesley Tham, CEO Blue C Mobile mengatakan, digitalisasi memungkinkan penyediaan data secara real-time yang mendorong pengambilan keputusan yang efektif demi meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan proses keselamatan, hingga mengurangi konsumsi bahan bakar.
"Digitalisasi saat ini dapat mengakses lebih dari 300 persen data perbulan dan penghematan 20 persen biaya komunikasi satelit mereka saat ini,” katanya.
Baca juga: Samsung akan Hadirkan Fitur Konektivitas Satelit di Smartphone
Selain itu, konektivitas khusus di kapal menjamin peningkatan keselamatan bagi awak kapal, koordinasi pekerjaan yang lebih tepat, serta kondisi kerja yang lebih baik di atas kapal.
Efek kumulatif dari digitalisasi sendiri mengarah pada pengurangan biaya yang signifikan, bahkan bisa mencapai 30 persen dari biaya operasional.
Nabil Ben Soussia mengatakan, permintaan digitalisasi di kawasan Asia Pasifik semakin meningkat, terutama untuk kapal berukuran kecil dan sedang.
"Digitalisasi bukan lagi barang mewah tetapi menjadi kebutuhan operasional dan kerja sama IEC Telecom dengan Blue C Mobile memungkinkan pemberian akses tanpa batas ke berbagai jenis penerapan bisnis dan kesejahteraan untuk segala jenis kapal," katanya.
Baca juga: Satelit Satria-1 Butuh Cadangan
Edi Siregar, Country Director, IEC Telecom Indonesia mengatakan, melalui pemeran Inamarine 2022 pihaknya mengenalkan solusi VSAT dari Blue C Mobile sekaligus mengenal solusi sistem satelit dan layanan nilai tambah (VAS) milik IEC Telecom yang didukung antena VSAT berukuran 60 cm dengan biaya yang terjangkau dan ringan.
"Sistem manajemen antena yang terintegrasi dengan koneksi kabel tunggal memungkinkan pengurangan biaya pengiriman dan pemasangan untuk kapal pesiar, kapal penangkap ikan, dan kapal lepas pantai yang membuat layanan VSAT jauh lebih terjangkau dan mudah untuk diakses," katanya.