Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT- Bank Sentral Eropa (ECB) kembali mengambil langkah hawkish dengan mengerek naik suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 1,5 persen, tertinggi sejak 2009.
Sikap agresif ini bukanlah kali pertama yang dilakukan ECB, sebelumnya bank sentral Eropa telah mengerek naik suku bunga sebanyak tiga kali.
Namun kebijakan moneter ini belum cukup mampu menyeret turun inflasi, justru laju inflasi kawasan Euro selama September makin meledak hingga melesat jadi 9,9 persen.
Alasan tersebut yang mendorong 25 anggota dewan pemerintahan ECB untuk mengambil sikap agresif dengan mengerek suku bunganya pada Kamis (28/10/2022) sebanyak 1,5 persen hingga 2,25 persen, seperti yang dikutip dari Reuters.
Tak hanya mengerek naik suku bunga, dalam pertemuannya kemarin ECB juga turut mengambil langkah untuk menyusutkan neraca senilai 8,8 triliun euro.
ECB tidak menjelaskan kapan pemangkasan neraca akan segera mulai dilakukan, namun dengan diberlakukannya kebijakan tersebut ECB mengklaim bahwa cara ini dapat mengurangi jumlah utang negara.
Baca juga: Gubernur ECB Pastikan Terus Hawkish hingga Inflasi Eropa Landai di Level 2 Persen
Kenaikan suku bunga nantinya akan membuat tagihan kredit yang ditetapkan perbankan atau layanan keuangan dipatok naik ke level tertinggi.
Dengan begini masyarakat akan mengurangi permintaan utang kepada negara, sehingga zona Eropa dapat terhindar dari ancaman resesi atau perlambatan ekonomi di akhir tahun mendatang.
“Inflasi tetap terlalu tinggi, Keputusan yang kami buat hari ini adalah yang paling tepat untuk memulihkan stabilitas harga agar ekonomi benar-benar makmur dan pulih,” kata Christine Lagarde, Presiden ECB.
Baca juga: Bursa Saham Eropa Merosot di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga ECB
Meski diklaim dapat menstabilkan ekonomi negara akibat inflasi, namun usai kebijakan moneter ini dirilis mata uang Euro justru terpantau anjlok hampir sepuluh persen menjadi 0,9960 jatuh lebih rendah terhadap dolar AS.
Langkah hawkins ini juga membuat imbal hasil obligasi pemerintah Eropa turun ke zona merah pada awal perdagangan Jumat (28/10/2022).