Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Ekonomi Rusia menyusut 5 persen secara year-on-year (YoY) pada September, menurut data yang dirilis Kementerian Ekonomi negara itu hari ini, Kamis (3/11/2022).
Sanksi Barat dan dampak dari pengiriman puluhan ribu tentara Rusia ke Ukraina pada Februari telah mendorong negara itu ke dalam resesi, meski Moskow mengatakan Barat telah gagal menghancurkan ekonomi negaranya.
Dikutip dari Reuters, Kementerian Ekonomi Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (2/11/2022), Moskow berada di jalur untuk mencatat kontraksi 2,9 persen tahun ini.
Baca juga: Pakar Ekonomi: Kesepakatan Antarnegara di Pertemuan G20 Harus Dibuat untuk Antisipasi Krisis Pangan
Pejabat Bank Sentral Rusia mengatakan pemanggilan 300.000 pasukan cadangan Moskow untuk berperang di Ukraina, atau disebut sebagai 'mobilisasi parsial', dapat memukul ekonomi Rusia karena akan melemahkan permintaan, menarik pekerja keluar dari bisnis dan menjatuhkan kepercayaan konsumen.
Kementerian Ekonomi mengungkapkan, ekonomi Rusia 4,4 persen lebih kecil pada kuartal ketiga 2022, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Menurut perhitungan terbaru para analis, biaya mobilisasi militer Rusia dan dampak sanksi Barat akan menghancurkan perkiraan anggaran pemerintah dan menguras cadangan Moskow ke level terendah dalam beberapa tahun.
Hal tersebut akan semakin membebani sumber daya Kremlin, karena Presiden Vladimir Putin berupaya mendanai konflik tanpa akhir dan bersiap untuk kemungkinan pemilihan ulang pada 2024.
Setelah delapan bulan 'operasi militer khusus', Moskow telah menyusun anggaran 2023 yang tidak memperhitungkan biaya pemanggilan 300.000 tentara cadangan, pencaplokan empat wilayah Ukraina, dan upaya Barat untuk membatasi harga ekspor energi Rusia, kata para analis.
Sementara ekonomi Rusia pada awalnya bertahan relatif baik terhadap gelobang sanksi Barat, namun kini dampaknya mulai terlihat, seperti yang dikatakan oleh para analis.
"Perkiraan ekonomi makro, yang menjadi dasar anggaran, dihitung sebelum mobilisasi. Itu tidak memperhitungkan sanksi baru, dan karena itu tidak mencerminkan kenyataan," kata seorang analis independen, Alexandra Suslina.
Baca juga: Sama Seperti Rusia, Twitter Beri Label Media Pemerintah Ukraina
Masa jabatan keempat Putin saat ini sebagai presiden akan berakhir pada 2024, dan dia belum mengungkapkan apakah akan mencalonkan diri kembali atau tidak.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan pada Rabu, bahwa Putin belum memutuskan akan mencalonkan diri pada 2024, namun dia menyatakan, kewajiban sosial negara adalah prioritas mutlak.
Penjualan ritel Rusia jatuh lebih dalam
Penjualan ritel Rusia turun lebih dalam dan tingkat pengangguran sedikit meningkat pada September, setelah Kremlin mengumumkan mobilisasi parsial, berdasarkan data resmi dari layanan statistik Rusia Rosstat yang dirilis Rabu.
Sejak September, Kremlin memanggil sekitar 300.000 tentara cadangan untuk terjun ke "operasi militer khusus" di Ukraina. Ratusan ribu orang telah meninggalkan negara itu sejak mobilisasi parsial diumumkan, karena takut dipaksa berperang dalam konflik tersebut.
Menurut Rosstat, penjualan ritel Rusia anjlok 9,8 persen pada September, setelah mengalami penurunan 8,8 persen pada bulan sebelumnya.
Baca juga: Setelah Ditelepon Erdogan, Rusia Mau Lanjutkan Lagi Kesepakatan Ekspor Gandum Ukraina
Sementara tingkat pengangguran naik menjadi 3,9 persen dari rekor terendah Agustus sebesar 3,8 persen.