News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ekonomi Melambat, China Semakin Terperosok ke Zona Deflasi

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja di pabrik iPhone saat China lockdown karena lonjakan kasus baru Covid-19 sejak Oktober 2022 ini. Penerapan kebijakan pembatasan wilayah atau lockdown tak hanya menurunkan tingkat konsumsi masyarakat China, namun membuat kondisi perekonomian negeri tirai bambu ini kian berkontraksi hingga masuk ke dalam zona deflasi di sepanjang 2022.

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Penerapan kebijakan pembatasan wilayah atau lockdown tak hanya menurunkan tingkat konsumsi masyarakat China, namun membuat kondisi perekonomian negeri tirai bambu ini kian berkontraksi hingga masuk ke dalam zona deflasi di sepanjang 2022.

Kebijakan pengetatan nol Covid yang diserukan presiden Xi Jinping awalnya dimaksudkan untuk mengerem penyebaran kasus positif yang saat ini tengah melonjak 5.496 kasus baru.

Namun lambat laun kebijakan ini justru merusak antusiasme konsumen dan kepercayaan bisnis di ekonomi terbesar kedua di dunia itu, hingga mempengaruhi jumlah permintaan ekspor.

Baca juga: Valuasi Saham Perbankan China Longsor Akibat Kebijakan Lockdown Covid-19

Reuters mencatat ekspor China pada perdagangan di bulan Oktober menyusut 0,3 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya, penurunan ini menjadi yang terburuk sejak Mei 2020.

Situasi tersebut makin diperparah dengan adanya krisis yang semakin intensif di bidang real estat, serta melemahnya permintaan sektor teknologi China sehingga membuat pertumbuhan harga konsumen susut menjadi 2,4 persen dari sebelumnya dipatok 2,8 persen.

Tak hanya itu kondisi ini juga menyeret turun perekonomian negara sebanyak 1,6 persen.

Imbas dari kemerosotan tersebut bahkan membuat banyak organisasi internasional, termasuk Bank Dunia, baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China untuk tahun ini menjadi 2,8 persen.

"China jatuh ke dalam spiral deflasi karena terdampak permintaan domestik yang sangat lemah imbas penurunan biaya produksi dan indeks harga konsumen inti (CPI) yang tidak termasuk makanan dan energi," jelas ekonom senior Australia dan Selandia Baru Banking Group untuk Greater China, Raymond Yeung.

Baca juga: Harta Kekayaan Para Crazy Rich China Merosot Akibat Adanya Perlambatan Ekonomi Dunia

Terlepas dari upaya pemerintah untuk meningkatkan permintaan mobil dan rumah listrik, data yang disurvei Bloomberg menunjukkan permintaan domestik China akan semakin menurun.

Lantaran total kawasan di China yang menerapkan pengetatan pembatasan covid-19 saat ini telah menyumbang kemerosotan bagi produk domestik bruto hingga lebih dari 10 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini