News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

GPEI: Jadi Eksportir Banyak Tantangan, Mulai Pemasok hingga Risiko Kredit Macet

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kegiatan ekspor. Studi yang dilakukan Kroll selaku perusahaan konsultan investigatif dan risiko, bersama Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) terhadap 241 perusahaan di Indonesia antara Februari hingga Juli 2021 mengungkapkan, 80 persen responden pernah mengalami tindakan penipuan dan kecurangan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada Juni 2022, tercatat ada 689 pengaduan penipuan yang diterima di Indonesia melalui contact center dan media sosial Bea Cukai.

Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Khairul Mahalli mengatakan, permasalahan ini harus disikapi bersama dengan solusi konkret.

Karena itu, CRIF Indonesia bersama GPEI mengenalkan platform worldwide business information ‘SkyMinder’, alat mitigasi risiko awal untuk mendukung transaksi bisnis ekspor impor.

Baca juga: Perusahaan Italia Ini Permudah Eksportir RI Lewat Informasi Penilaian Risiko Bisnis

"Kami senang bisa bermitra dengan CRIF. Penting bahwa perusahaan diperingatkan sebelumnya tentang potensi masalah keuangan dan perdagangan dengan pelanggan dan pemasok mereka di luar negeri," ujarnya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (9/11/2022).

Potensi masalah dengan pelanggan dan pemasok, terutama ketika persyaratan pelaporan untuk perusahaan sangat bervariasi di seluruh dunia, sehingga sulit untuk menemukan tingkat informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan kredit yang baik.

Dengan demikian, layanan SkyMinder CRIF akan memberikan informasi berkualitas tinggi untuk memastikan bahwa perusahaan anggota dapat dengan mudah melakukan pemeriksaan rutin untuk membatasi risiko kegagalan bisnis dan kredit macet.

Lebih lanjut, studi yang dilakukan Kroll selaku perusahaan konsultan investigatif dan risiko, bersama Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) terhadap 241 perusahaan di Indonesia antara Februari hingga Juli 2021 mengungkapkan, 80 persen responden pernah mengalami tindakan penipuan dan kecurangan.

Menurut survei, lebih dari 80 persen responden tidak melakukan uji tuntas terhadap mitra, pemasok, atau vendor.

Due diligence penting ketika bekerja dengan pihak lain karena reputasi perusahaan dipertaruhkan, dan 32 persen dari mereka bahkan menderita kerugian tahunan lebih dari Rp 1 miliar.

Khairul menambahkan, dalam hal ekspor impor, banyak hal yang perlu dipertimbangkan agar transaksi antarnergara berjalan lancar.

Apalagi jika melihat Asia Tenggara sendiri memiliki lebih dari 3,4 triliun dolar Amerika Serikat perdagangan global yang lewat setiap tahun.

Di lain sisi, pemerintah Indonesia memiliki visi menjadi ekonomi terbesar kelima hingga ketujuh di dunia pada 2045, yang satu di antara devisa Indonesia berasal dari ekspor impor.

"Kehadiran SkyMinder dari CRIF tentu bisa menjadi katalis pendukung untuk memastikan aktivitas ekspor impor dari dan ke Indonesia bisa dilaksanakan secara aman, efektif, dan efisien oleh anggota GPEI," pungkas Khairul.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini