TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komoditas gas bumi dinilai memiliki kontribusi besar dalam bauran energi primer Indonesia. Saat ini porsi gas dalam bauran energi primer Indonesia sebesar 19,3 persen dan diproyeksikan akan terus meningkat.
Melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah memproyeksikan porsi gas bumi dalam bauran energi primer Indonesia 2050 menjadi sekitar 24 persen, terbesar kedua setelah energi baru terbarukan (EBT).
Pengamat migas dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengatakan sejak pandemi Covid-19 dan memanasnya kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina, negara-negara maju justru balik arah kembali mengandalkan energi fosil, salah satunya migas, untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Baca juga: India Dorong Negara Peserta CO27 untuk Hentikan Bahan Bakar Fosil
Indonesia harus mengambil hikmah dari kondisi saat ini. Semangat untuk menekan emisi di sektor energi harus dikelola dengan bijak. Salah satu langkah bijak yang bisa diambil adalah dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya gas bumi.
Pri agung, mengungkapkan dalam kajiannya selama 2012-2021 porsi pemanfaatan gas untuk kepentingan domestik rata-rata meningkat sekitar 1,5 persen per tahun. Porsi pemanfaatan gas untuk domestik tercatat meningkat dari 52 persen pada 2012 menjadi 65 persen pada 2021.
"Sektor industri dan pupuk tercatat sebagai kontributor utama dalam peningkatan konsumsi gas bumi domestik," kata Pri Agung di Jakarta, Sabtu (19/11/2022).
Porsi konsumsi gas bumi sektor industri dan pupuk masing-masing tercatat sekitar 26,68 persen dan 12,73 persen dari total produksi gas nasional.
Baca juga: Pertamina Manfaatkan EBT di Dua Daerah Kalimantan Timur, Bikin Masyarakat Hemat Rp704 Juta Per Tahun
Selain itu, penemuan cadangan migas Indonesia tahun 2020-2021 didominasi oleh gas bumi. Seperti penemuan di Bronang-02, West Belut, Parang-02, Rembang-3B, dan Wolai02. Program strategis nasional sektor energi juga didominasi oleh gas bumi, seperti Proyek Abadi Masela dan Indonesia Deepwater Development (IDD).
“Dalam perkembangannya gas akan memiliki peran yang lebih penting sebagai jembatan dalam pelaksanaan transisi energi dari fosil menuju ke EBT,” katanya.
Optimalisasi pemanfaatan gas bumi di era transisi energi bakal dikupas dan dibahas secara lebih komperehensif dalam “3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” (IOG 2022).
Konvensi internasional ini digelar selama tiga hari dari 23-25 November 2022 secara hybrid melalui online dan secara offline di Bali yang dihadiri lebih dari 120 pembicara nasional dan internasional dengan target Peserta tahun ini adalah sebesar 10.000 peserta online dan 1.200 peserta offline.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif belum lama ini mengakui butuh waktu sebelum EBT siap untuk digunakan secara optimal.
Untuk itulah ada peran gas sebagai alternatif utama di masa transisi. Apalagi dalam beberapa tahun ke belakang banyak ditemukan cadangan gas yang bisa menjadi modal besar untuk mencapai ketahanan energi Indonesia.
“Kita punya gas. Ditambah lagi ada penemuan gas- gas baru di Sumatera Utara dan potensi yang besar di Jawa Timur. Makanya sekarang lagi dibangun jaringan gas agar semua tersambung dari ujung Sumatera sampai ke Jawa Timur. Langkah ini bentuk ketahanan energi kita jangka ke depan,” jelas Arifin.