Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Gejolak ekonomi yang dihadapi Jepang tak hanya memicu pelemahan nilai pada mata uang Yen, namun juga mendorong lonjakan harga pangan hingga membuat laju inflasi meningkat ke level tertinggi dalam 40 tahun tepatnya sejak 1982.
Dimana harga konsumen kecuali makanan segar naik 3,6 persen selama November 2022, angka tersebut melesat lebih tinggi diatas proyeksi Kementerian Dalam Negeri Jepang yang hanya mematok 3,5 persen pada awal bulan kemarin.
Diikuti kenaikan harga makanan olahan yang melesat 6,7 persen di sepanjang November ini.
Baca juga: Setengah Rakyat Italia Kini Berhemat Makanan dan Listrik karena Inflasi Makin Menggila
Tak hanya itu, sebagian besar makanan termasuk bahan mentah dilaporkan turut menyumbang kenaikan inflasi Jepang.
Menurut survei Teikoku Databank, setidaknya ada 833 item makanan termasuk produk susu yang mengalami kenaikan harga pada bulan November.
Lonjakan ini yang kemudian memberikan dampak negatif bagi ekonomi Jepang hingga memicu kenaikan inflasi bulanan sebesar 1,4 poin persentase serta mendorong munculnya kontraksi sebesar 0,3 persen setelah tiga kuartal berturut-turut perekonomian Jepang terus mencatatkan pertumbuhan.
“Kenaikan harga melebar dan menunjukkan bahwa pelemahan yen bisa membuat inflasi tinggi di tahun mendatang,” kata Mari Iwashita, kepala ekonom pasar di Daiwa Securities.
Sejumlah upaya kini mulai dilakukan pemerintah Jepang guna menahan lonjakan inflasi akibat gejolak panas pasar global, salah satunya dengan menyusun paket stimulus ekonomi yang sebagian didanai oleh anggaran tambahan senilai 29,1 triliun yen atau sekitar 210 miliar dolar AS.
Baca juga: Ribuan Pekerja Sektor Publik di Portugal Mogok Kerja, Tuntut Kenaikan Upah saat Inflasi Merajalela
Cara ini diambil guna menopang perekonomian rumah tangga dalam mengelola kenaikan biaya pangan dan energi.
Selain itu pemerintah serta bank sentral Jepang (BoJ) juga turut menyerukan langkah dovish dengan mempertahankan suku bunga sangat rendah agar inflasi dapat melambat kembali di bawah targetnya tahun depan.
Meski langkahnya ini bertentangan dengan kebijakan sejumlah bank sentral global yang kompak melakukan pengetatan dengan mengambil sikap hawkish, namun BoJ percaya dengan pelonggaran moneter dan menaikan upah pekerja, negaranya bisa mengatasi kenaikan inflasi.